Penelitian

Waduh! Kecoak Ternyata Tangguh terhadap Pembasmi Serangga

Advertisements

Kecoak dikenal sebagai serangga yang sangat tangguh. Mereka bisa bertahan dalam berbagai kondisi ekstrem, mulai dari suhu dingin dan panas, hingga radiasi dan kekurangan makanan. Bahkan, kecoak dapat bertahan hidup setelah serangan nuklir. Namun, sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa insektisida konsumen mungkin tidak efektif dalam mengatasi infestasi kecoak. Ternyata, kecoak telah mengembangkan kekebalan terhadap banyak zat yang kita gunakan untuk membunuh mereka.

Penelitian ini dipublikasikan oleh Johnalyn M. Gordon dkk dalam jurnal *Economic Entomology* dengan judul “Common Consumer Residual Insecticides Lack Efficacy Against Insecticide-Susceptible and Resistant Populations of the German Cockroach (Blattodea: Ectobiidae)” pada 14 Agustus 2024.

Kekuatan Bertahan Kecoak

Kecoak pertama kali muncul pada periode Karbon sekitar 320 juta tahun yang lalu, dan sepertinya mereka tidak akan punah dalam waktu dekat. Selain mampu menahan berbagai tantangan dari alam, kecoak juga bisa bertahan terhadap insektisida yang dirancang untuk membunuh mereka.

Resistensi Kecoak terhadap Insektisida

Penelitian menunjukkan bahwa kecoak, khususnya jenis kecoak Jerman (Blattella germanica), telah mengembangkan resistensi terhadap insektisida berbasis piretroid. Piretroid adalah insektisida kuat yang bekerja dengan memengaruhi sistem saraf serangga. Namun, seiring waktu, efektivitas piretroid menurun karena resistensi yang berkembang pada banyak populasi kecoak.

Insektisida residu biasanya disemprotkan pada permukaan tempat kecoak kemungkinan besar muncul. Kecoak terpapar residu toksik saat bergerak, dan racun ini diharapkan membunuh mereka. Namun, penelitian menunjukkan bahwa insektisida konsumen hanya membunuh kurang dari 20% kecoak bahkan setelah paparan selama 30 menit. Beberapa produk memerlukan waktu hingga 8 jam atau lebih dari 5 hari untuk membunuh kecoak, yang tidak realistis dalam kondisi nyata karena kecoak tidak akan diam selama waktu tersebut.

Johnalyn Gordon, PhD, penulis utama studi ini dan postdoctoral associate di University of Florida, menjelaskan bahwa jika masyarakat tidak memiliki akses ke layanan pengendalian hama profesional atau solusi konsumen yang efektif, mereka akan terus menghadapi masalah infestasi dan risiko kesehatan terkait alergen kecoak.

Perbedaan Permukaan

Jenis permukaan tempat insektisida diaplikasikan juga mempengaruhi efektivitasnya. Gordon dan timnya menguji berbagai permukaan seperti dinding kering, ubin keramik, dan baja tahan karat. Dinding kering terbukti menjadi permukaan dengan kinerja terburuk. Bahkan pada populasi kecoak yang tidak memiliki resistensi, bahan kimia tersebut memberikan efek minimal pada dinding kering yang dicat.

“Mengingat aplikasi umum insektisida residu di sepanjang papan pinggir, berkurangnya kemanjuran pada dinding kering yang dicat merupakan temuan yang sangat mencolok,” kata Gordon.

Baca juga : Penemuan Spesies Ikan ‘Aneh’ Berusia 210 Juta Tahun

Apa yang Bisa Dilakukan?

Masalah utama adalah konsumen sering kali percaya bahwa produk yang ada di pasaran benar-benar efektif. Di Amerika Serikat, misalnya, Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) tidak memerlukan pengujian pada kecoak yang baru dikumpulkan, apalagi kecoak yang telah terbukti resistan terhadap insektisida.

“Semoga penelitian ini dapat mendorong perubahan dalam cara pengujian dan evaluasi produk, sehingga label produk mencerminkan secara akurat tingkat pengendalian yang diberikan,” ujar Gordon.

Untuk mengatasi masalah ini, kita mungkin perlu mencari insektisida alternatif atau menghubungi profesional untuk melakukan pembersihan dan pemusnahan menyeluruh menggunakan insektisida non-piretroid. Setidaknya, masyarakat disarankan untuk menghentikan penggunaan insektisida piretroid dalam upaya membasmi kecoak Jerman, karena produk tersebut tidak memberikan hasil yang memadai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *