Strategi Menghadapi Budaya Kerja Toxic
Pada suatu rapat, ketika kamu hendak menyampaikan hal penting, reaksi kolega yang menghela napas dan bertukar pandang dengan nada tidak menyenangkan dapat merusak momentummu. Ini bukan kali pertama hal semacam itu terjadi. Budaya kerja yang kurang menyenangkan memang bisa dimulai dari perilaku tak menyenangkan seperti ini, yang sering kali dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang kurang memadai.
Workplace Incivility
Di berbagai tempat kerja, mulai dari kantor hingga pabrik, orang seringkali terlibat dalam tindakan tidak menyenangkan. Mereka mungkin menggunakan bahasa yang merendahkan, mempermalukan di depan umum, menyebarkan gosip, atau bahkan memilih untuk diam daripada berbicara denganmu. Tindakan-tindakan semacam ini, yang dikenal sebagai “workplace incivility”, seringkali sulit dilaporkan karena intensitasnya yang tidak terlalu tinggi dan sulit untuk dibuktikan.
Lebih dari separuh pekerja mengalami situasi ini setiap minggu. Studi tentang perilaku ini menunjukkan bahwa pekerja baru, wanita, orang dengan posisi hierarki lebih rendah, atau mereka dari etnis minoritas cenderung lebih sering mengalami incivility.
Pentingnya kata-kata yang digunakan dalam interaksi sehari-hari tak boleh diabaikan. Seperti yang diungkapkan oleh karakter dalam film “Arrival”, bahasa adalah senjata utama dalam sebuah konflik. Satu komentar kasar bisa merusak suasana hatimu sepanjang hari, dan jika dibiarkan, perilaku semacam ini dapat meracuni atmosfer tempat kerja.
Mengapa Orang Berperilaku Kasar di Tempat Kerja?
Seringkali, kita cenderung menyalahkan karakter buruk seseorang atas perilaku mereka. Namun, perilaku kasar juga dapat muncul dari individu yang sebenarnya memiliki sifat baik. Ada tiga pemicu utama untuk incivility: kekecewaan pada atasan, tekanan yang berlebihan, atau karena dipicu oleh perilaku kasar orang lain.
Hal ini bisa menjadi siklus yang berbahaya karena korban atau penonton perilaku tersebut dapat menjadi pelaku dalam waktu yang bersamaan. Inilah awal mula terbentuknya budaya kerja yang toxic.
Peran Kepemimpinan dalam Budaya Kerja Toxic
Budaya kerja yang toxic seringkali berasal dari gaya kepemimpinan yang kurang memadai. Kepemimpinan memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk atmosfer kerja. Baik atau buruknya perilaku seorang pemimpin dapat menular ke seluruh organisasi.
Incivility menjadi lebih berbahaya ketika berasal dari atasan. Kita cenderung mempercayai dan menghormati atasan kita, sehingga perilaku tidak seharusnya dari mereka sulit untuk ditentang. Contoh nyata seperti kasus Harvey Weinstein menggambarkan bagaimana seorang yang berada di posisi kekuasaan bisa menyalahgunakan kekuatannya selama bertahun-tahun sebelum akhirnya dihadapkan pada pertanggungjawaban.
Namun, bahkan manajer yang tidak langsung melakukan tindakan tidak menyenangkan pun dapat mempengaruhi atmosfer tempat kerja. Dalam kasus pelecehan seksual, misalnya, perilaku mereka mungkin diabaikan karena mereka dianggap berhasil atau karena mereka memiliki hubungan personal yang baik dengan rekan-rekannya. Kesalahan kepemimpinan semacam ini dapat mengakibatkan budaya kerja yang toxic.
Kepemimpinan yang Otentik
Para pemimpin memiliki peran yang penting dalam mengubah budaya kerja yang toxic menjadi lebih positif. Kepemimpinan otentik dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang minim incivility dan lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan.
Kepemimpinan otentik memahami kekuatan dan kelemahan mereka, bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut, bahkan di bawah tekanan, dan berusaha untuk memahami bagaimana perilaku mereka memengaruhi orang lain.
Baca juga : Inilah Daftar Pembentuk Perilaku Kita
Tindakan yang Dapat Dilakukan
Tindakan yang diambil terhadap incivility sangat penting. Membiarkan tindakan tersebut tanpa tanggapan hanya akan memperburuk situasi. Merespons dengan tindakan yang sama juga tidaklah bijaksana, karena itu hanya akan memperkuat perilaku negatif.
Salah satu pendekatan yang dianjurkan adalah dengan menggunakan teknik “BIFF”: singkat, informatif, ramah, dan tegas. Ketika dihadapkan pada perilaku kasar, penting untuk tetap tenang dan menyampaikan ketidaknyamananmu dengan jelas dan tegas.
Jika perilaku tersebut tidak berubah, penting untuk melibatkan atasan atau departemen sumber daya manusia. Dalam beberapa kasus, serikat kerja juga dapat memberikan dukungan dan nasihat. Jika upaya internal tidak berhasil, ada badan hukum yang dapat membantu menyelesaikan masalah di tempat kerja.
Incivility tidak akan berhenti dengan sendirinya. Suara kita penting untuk membantu memutus siklus perilaku negatif dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan positif.
Pingback: 7 Tips Merasakan Kebahagiaan di Tempat Kerja - DUNIA PENDIDIK
Pingback: Pentingnya Berteman dengan Kolega - DUNIA PENDIDIK