Mengapa Orang Rasional Percaya Hal yang Tidak Rasional?
Oleh Hamid Basyaib
DALAM bukunya yang terkenal, “Misbelief: What Makes Rational People Believe Irrational Things”, Dan Ariely, seorang ahli ekonomi perilaku, mengeksplorasi ketidakrasionalan manusia, menyelami kekuatan psikologis dan sosial yang mendorong kita untuk percaya pada hal-hal yang tidak benar. Ariely memberi kita wawasan tentang sifat meresapnya kekeliruan keyakinan, dan menawarkan strategi praktis untuk mengatasi mereka.
Inilah 10 pelajaran dari “Misbelief”, yang diringkas oleh sebuah klub pencinta buku:
Misbelief atau keyakinan yang keliru tidak selalu berbahaya
Tidak semua misbelief setara. Beberapa memang bisa menyebabkan konsekuensi berbahaya, yang lain mungkin tidak negatif atau bahkan bermanfaat. Memahami nuansa kekeliruan keyakinan penting untuk membuat keputusan yang berpengetahuan dan untuk mengarungi kompleksitas pemikiran manusia.
Kekeliruan keyakinan sering berakar dalam emosi kita
Emosi kita berperan kuat dalam membentuk keyakinan kita. Ketika kita mengalami emosi yang kuat — seperti ketakutan, cinta, atau amarah — kita lebih cenderung menerima informasi yang sejalan dengan emosi tersebut, bahkan kalaupun hal itu tidak faktual atau tidak akurat.
Kekeliruan keyakinan bisa menular
Kekeliruan keyakinan dapat menyebar dengan cepat melalui jaringan sosial, karena orang cenderung lebih percaya pada informasi yang diperkuat oleh teman sebaya atau sumber yang dipercaya. Fenomena ini semakin menekankan pentingnya berpikir kritis dan perlunya mengevaluasi informasi dengan hati-hati sebelum menerimanya sebagai kebenaran.
Kekeliruan keyakinan sulit diubah
Sekali suatu kekeliruan keyakinan merajalela, sulit untuk mengubahnya, bahkan kalaupun dihadapkan pada bukti yang meyakinkan. Ini karena misbelief seringkali tertanam dalam pada identitas kita, dan berfungsi sebagai lensa kita untuk menafsir dunia.
Kesadaran adalah langkah pertama untuk mengatasi kekeliruan keyakinan
Langkah pertama untuk mengatasi misbelief adalah mengakui keberadaannya dan memahami faktor-faktor penyebabnya. Dengan mengakui bias dan kerentanan kita terhadap informasi yang salah, kita dapat mulai mempertanyakan asumsi kita dan mencari informasi yang lebih objektif.
Berpikir kritis (critical thinking) sangat penting untuk melawan kekeliruan keyakinan
Mengembangkan keterampilan berpikir kritis sangat penting untuk mengarungi lautan informasi di sekitar kita. Ini melibatkan evaluasi sumber, mempertanyakan asumsi, dan mempertimbangkan sudut-pandang alternatif.
Pikiran terbuka penting untuk menantang kekeliruan keyakinan
Skeptisisme itu penting, sama pentingnya dengan memiliki pikiran terbuka dan kesediaan untuk mempertimbangkan ide-ide baru. Ini memungkinkan kita untuk memperluas pemahaman dan mungkin merevisi keyakinan kita berdasarkan bukti baru.
Simpati diperlukan untuk mengatasi kekeliruan keyakinan
Sangat baik kita mendekati orang yang memegang misbelief dengan simpati dan dengan pemahaman lebih efektif dalam memfasilitasi perubahan, daripada dengan konfrontasi atau ejekan. Dengan berusaha memahami motivasi dan emosi yang mendasari misbelief, kita dapat menciptakan dialog yang lebih produktif.
Pendidikan adalah alat yang ampuh untuk melawan kekeliruan keyakinan
Mendorong pendidikan dan keterampilan berpikir kritis penting untuk membangun masyarakat yang lebih tangguh terhadap informasi yang keliru. Dengan memberdayakan individu untuk mengevaluasi informasi secara kritis, kita dapat mengurangi penyebaran misbelief yang berbahaya.
Misbelief adalah fenomena manusia yang kompleks
Kekeliruan keyakinan bukan hanya hasil dari ketidaktahuan atau kebodohan; ia sangat berakar dalam psikologi manusia dan interaksi sosial. Memahami kompleksitas misbelief penting untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk melawannya.