Peristiwa Rengasdengklok: Alasan di Balik ‘Penculikan’ Sukarno-Hatta
Pada tanggal 16 Agustus 1945, sehari sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, terjadi peristiwa penting yang dikenal dengan nama Rengasdengklok. Dalam peristiwa ini, golongan muda ‘menculik’ Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta. Mari kita lihat siapa saja yang terlibat dalam peristiwa ini dan apa yang melatarbelakanginya.
Siapa Golongan Muda dalam Peristiwa Rengasdengklok?
Peristiwa Rengasdengklok sangat erat kaitannya dengan golongan muda saat itu. Mereka adalah sosok-sosok yang menuntut agar proklamasi kemerdekaan segera dilakukan. Tokoh-tokoh penting dalam golongan muda ini termasuk Soekarni, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh, Wikana, Sayuti Melik, Darwis, Subadio, BM Diah, dan Sudiro.
Motivasi mereka untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan dipicu oleh berita kekalahan Jepang yang telah menyebar di kalangan pemuda. Chaerul Saleh, misalnya, merasa mendesak untuk mempengaruhi golongan tua agar segera memproklamasikan kemerdekaan.
Golongan tua, yang terdiri dari Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ir. Sukarno, dan Drs. Moh. Hatta, baru saja kembali dari Dalat, Vietnam pada tanggal 12 Agustus 1945. Mereka baru saja bertemu dengan Jenderal Hisaichi Terauchi, panglima perang Jepang untuk wilayah Asia Tenggara selama Perang Dunia II. Dalam pertemuan tersebut, Terauchi menginformasikan bahwa Tokyo telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Hindia Belanda, kecuali Malaya dan bekas wilayah jajahan Inggris di Kalimantan.
Alasan di Balik ‘Penculikan’ Sukarno-Hatta
Ketegangan antara golongan muda dan golongan tua semakin memuncak menjelang proklamasi. Golongan muda menilai bahwa penundaan proklamasi kemerdekaan hingga rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dijadwalkan pada 18 Agustus 1945, terlalu lama. Mereka menganggap bahwa situasi politik saat itu memerlukan tindakan segera.
Kebuntuan ini mendorong golongan muda untuk melakukan tindakan drastis. Mereka memutuskan untuk ‘menculik’ Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok pada dini hari 16 Agustus 1945, agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh oleh tekanan Jepang dan segera memproklamasikan kemerdekaan.
Kronologi Peristiwa Rengasdengklok
Berikut adalah urutan kejadian penting dalam Peristiwa Rengasdengklok:
– 12 Agustus 1945: Pemerintah pendudukan Jepang melalui Marsekal Terauchi Hisaichi secara resmi menyetujui pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
– 13 Agustus 1945: Setelah serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Pembela Tanah Air (PETA) diperintahkan untuk menyerahkan senjatanya.
– 14 Agustus 1945: Sukarno, Hatta, dan Dr. Radjiman kembali ke Jakarta setelah pertemuan di Dalat.
– 15 Agustus 1945: Kaisar Hirohito dari Jepang menyampaikan pidato melalui radio yang mengumumkan kapitulasi Jepang kepada Sekutu.
– 16 Agustus 1945: Pada pukul 04.00 WIB, Sukarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok oleh golongan muda yang dipimpin oleh Shodanco Singgih.
Pagi harinya, Achmad Soebardjo mengetahui penculikan ini dan segera menemui golongan muda, terutama Wikana, untuk bernegosiasi. Dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa proklamasi kemerdekaan harus segera dilaksanakan di Jakarta.
Pada sore hari, Achmad Soebardjo dan sekretaris pribadinya, Sudiro, bersama Jusuf Kunto, pergi ke Rengasdengklok untuk menjemput Sukarno dan Hatta. Setelah melakukan negosiasi, Soebardjo memberikan jaminan bahwa Sukarno dan Hatta akan memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Baca juga : Sejarah Peristiwa Rengasdengklok dan Signifikansinya bagi Indonesia
Akhirnya, setelah serangkaian peristiwa dan negosiasi, teks proklamasi disusun pada malam 16 Agustus hingga dini hari 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan Indonesia pun dibacakan pada pukul 10.00 WIB di kediaman Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
Peristiwa Rengasdengklok bukan hanya merupakan momen krusial dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, tetapi juga menggambarkan ketegangan antara golongan muda dan tua dalam perjuangan menuju kemerdekaan.

