Inovasi Sandal Terapi Pintar untuk Pasien Patah Tulang oleh Mahasiswa UGM
Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) telah menciptakan sebuah inovasi yang menarik dalam dunia kesehatan, yaitu sandal terapi pintar yang dirancang khusus untuk membantu proses pemulihan pasien yang mengalami patah tulang. Inovasi ini lahir melalui Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC), yang melibatkan Maya Aida dari Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan Sekolah Vokasi angkatan 2022, bersama rekan-rekannya: Aditya Kyran Santoso (Elektronika dan Instrumentasi FMIPA 2022), Nathasya Angelliya (Ilmu Keperawatan, FKKMK 2022), Ignatius Gerald Handono (Elektronika dan Instrumentasi FMIPA 2022), dan Bitta Nathaniela Purwoko (Manajemen Informasi Kesehatan Sekolah Vokasi 2023).
Inovasi ini bukanlah sekadar produk biasa; sandal ini dilengkapi dengan teknologi berbasis Load Cell-Accelerometer yang memungkinkan pasien patah tulang untuk menjalani latihan weight bearing (penumpuan beban) dan range of motion (gerakan sendi) dengan lebih efektif. Latihan ini sering kali menjadi tantangan bagi pasien yang sedang dalam tahap pemulihan.
Maya Aida, sebagai ketua tim, mengungkapkan bahwa ide untuk menciptakan sandal ini muncul dari pengalaman nyata. Di rumah sakit RSUP Sardjito Yogyakarta, seorang pasien dengan patah tulang ekstremitas bawah mengungkapkan kesulitannya dalam melakukan monitoring terhadap latihan beban yang seharusnya dilakukan selama pemulihan. Bahkan, dokter ortopedi yang merawatnya juga mengalami kendala yang serupa.
“Kami menyadari bahwa permasalahan ini perlu diangkat dan dijadikan fokus dalam penelitian kami sebagai bagian dari program kreativitas,” ungkap Maya, sebagaimana dilansir dari laman resmi UGM.
Cara Kerja Sandal Terapi Pintar
Sandal terapi ini disebut “pintar” karena dilengkapi dengan sensor load cell dan accelerometer yang dapat mengukur serta memberikan umpan balik secara langsung kepada pengguna melalui integrasi dengan smartphone. Saat digunakan, pasien akan menerima informasi tentang distribusi beban yang sesuai dengan rekomendasi dokter ortopedi, serta cara langkah kaki yang benar. Dengan demikian, baik pasien maupun dokter dapat melakukan pencatatan dan monitoring yang lebih baik terhadap latihan beban yang dilakukan.
“Sandal terapi ini bertujuan untuk memudahkan dokter ortopedi dan pasien dalam memantau progres latihan beban, yang umumnya dimulai pada minggu ke-4 pasca operasi patah tulang ekstremitas bawah. Secara bertahap, pasien diharapkan dapat berjalan tanpa bantuan alat,” tambah Maya.
Baca juga : Mikroplastik Masuk ke Otak Manusia Melalui Pernapasan
Proses Pengajuan Hak Paten
Nathasya Angelliya, salah satu anggota tim, menambahkan bahwa sandal ini tidak hanya mendukung pemulihan pasien, tetapi juga berpotensi meningkatkan kualitas kesehatan secara umum. Teknologi sensor yang digunakan dapat membuka peluang untuk pengembangan lebih lanjut dalam bidang kesehatan di masa depan.
Untuk melindungi inovasi ini serta mendorong penggunaannya yang lebih luas di dunia medis, tim tersebut kini sedang dalam proses pengajuan hak paten. Ignatius Gerald Handono mengekspresikan rasa syukurnya karena inovasi ini terwujud berkat kerjasama tim PKM-KC UGM dan bimbingan dari dokter ortopedi, dr. Dananjaya Putramega, Sp OT (K), yang sangat berperan dalam memastikan desain dan fungsi sandal ini sesuai dengan kebutuhan pasien.
Gerald berharap sandal terapi ini dapat memberikan manfaat nyata bagi pasien, khususnya sebagai alat bantu yang dapat diandalkan dalam menjalani terapi setelah mengalami patah tulang ekstremitas bawah. “Dengan adanya inovasi ini, kami berharap pemulihan pasien dapat berlangsung dengan lebih baik, sehingga mereka dapat kembali beraktivitas normal dengan lebih cepat dan aman,” tutupnya.
Inovasi ini menunjukkan bagaimana kreativitas dan teknologi dapat berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, membuka jalan bagi perkembangan teknologi kesehatan yang lebih baik di masa depan.

