Sampah Plastik dari Indonesia Bisa Sampai ke Afrika
Peneliti ahli utama di Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova, mengungkapkan bahwa sampah plastik dari Indonesia bisa mencapai Afrika Selatan dalam waktu kurang dari satu tahun. Meski tidak seluruhnya, sekitar 10-20 persen dari sampah plastik tersebut bisa menempuh jarak tersebut.
Reza menjelaskan bahwa sampah plastik yang mencemari lautan dapat melintasi samudra, dari Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik. Dalam upaya memahami pergerakan sampah ini, BRIN bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Dalam penelitian yang dilakukan Reza mengenai sampah dari Sungai Cisadane, ditemukan bahwa dari 11 drifter yang dilepaskan, dua di antaranya hampir mencapai Madagaskar dalam waktu enam bulan.
Kemana Perginya Lebih dari 50 Persen Sampah Plastik Indonesia?
Meskipun hanya sekitar 10 persen sampah plastik yang sampai ke Afrika Selatan, Reza menyebutkan bahwa lebih dari 50 persen sampah plastik lainnya kembali mengarah ke sungai-sungai di Indonesia, mencemari wilayah sekitarnya.
“Sebagai contoh, sampah plastik yang berasal dari Jakarta cenderung menuju pesisir utara Jakarta, Bekasi, kemudian ke arah Tangerang, dan bahkan bisa kembali ke Sumatera. Perairan Indonesia sangat kompleks, dan arah alirannya bergantung pada arus yang membawa sampah,” ujar Reza dalam penjelasannya yang dikutip dari BRIN pada Kamis (12/9/2024).
Menurut Reza, sebagian besar sampah plastik di perairan Indonesia akhirnya mengalir ke Samudera Hindia, yang mencakup beberapa negara seperti Maladewa dan Mauritania.
Target Pemerintah dan Tantangan dalam Pengelolaan Sampah Plastik
Pemerintah menargetkan pengurangan kebocoran sampah plastik dari aktivitas masyarakat sebesar 70 persen pada tahun 2025. Namun, Reza menyebutkan bahwa hingga saat ini, pengurangan baru mencapai 41,68 persen.
Reza menjelaskan bahwa produksi plastik meningkat pesat, dengan laju produksi yang telah meningkat hingga 20 kali lipat sejak produksi massal dimulai pada tahun 1950.
“Plastik sebenarnya bukanlah bahan yang buruk, melainkan sesuatu yang bermanfaat. Masalah muncul ketika plastik telah diproduksi, digunakan, dan akhirnya menjadi sampah,” kata Reza.
Lebih dari 60 persen sampah plastik yang diproduksi secara global, termasuk di Indonesia, terdiri dari plastik sekali pakai seperti sachet, kantong plastik, botol minuman, dan sedotan. Plastik-plastik ini memerlukan waktu ratusan tahun untuk terurai, mencemari lautan, dan merusak biota laut.
Baca juga: Geopark Kebumen Resmi Menjadi Bagian dari UNESCO Global Geopark
Reza juga menyoroti bahwa pengelolaan sampah di Indonesia masih jauh dari optimal, dengan hanya sekitar 50 persen sampah yang dibawa ke tempat pengelolaan akhir. Total sampah di Indonesia mencapai 60 juta ton per tahun, dengan 11-38 persen di antaranya merupakan sampah plastik, menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Jumlah sampah plastik bervariasi di setiap lokasi. Plastik sangat mudah digunakan, tetapi ini juga menjadi tantangan besar dalam pengelolaannya,” ujar Reza.

