Mengenal Etika Periklanan: Pandangan & Tantangan
Dalam era masyarakat kapitalis modern, peran media massa didorong oleh periklanan komersial. Namun, etika periklanan telah menjadi subjek kontroversi sejak awal kemunculannya. Meskipun periklanan memiliki tujuan yang berbeda dari media lain yang memberikan informasi dan hiburan, praktisi periklanan tetap harus mematuhi standar etika yang layak. Bagaimana pandangan dan tantangan dalam etika periklanan?
Pertanyaan mengenai apakah periklanan beroperasi dengan etika yang memadai membutuhkan pemahaman konteks tujuan iklan dan perannya dalam masyarakat serta sistem media. Periklanan memiliki tanggung jawab sosial terhadap pesan yang disampaikan dan cara menyampaikannya, meskipun perlu diakui bahwa resepsi iklan dan regulasi terhadapnya berbeda dengan media lain.
Pandangan Tentang Etika Periklanan
Etika media menyoroti tindakan individu dalam industri media, termasuk periklanan. Etika bukanlah sifat inheren dari media itu sendiri, melainkan dari perilaku orang-orang di dalamnya. Oleh karena itu, dalam konteks periklanan, etika mengacu pada studi tentang bagaimana para praktisi seharusnya bertindak.
Dalam perspektif yang berbeda, Carol Reuss dan David Gordon menawarkan pandangan yang kontras mengenai etika periklanan. Gordon menekankan aspek teleologis, mengklaim bahwa kebenaran bukanlah standar yang harus diterapkan dalam periklanan. Meskipun kebenaran penting dalam media berita, dalam periklanan, penciptaan citra penjualan lebih diutamakan.
Namun, periklanan tidak diperbolehkan untuk menipu. Penipuan dalam iklan bukan hanya masalah etika tetapi juga masalah hukum. Meskipun iklan tidak harus sepenuhnya “benar” seperti berita, praktisi periklanan memiliki tanggung jawab untuk mempengaruhi konsumen dengan kejujuran dan integritas.
Prinsip-Prinsip dalam Etika Periklanan
Selain itu, perspektif deontologis yang dipegang oleh Reuss menegaskan bahwa periklanan, sama seperti berita dan PR, harus mematuhi standar kejujuran dan prinsip etis lainnya. Reuss menekankan pentingnya mempertimbangkan perspektif audiens, terutama dalam kasus audiens yang rentan terhadap pengaruh iklan yang tidak etis. Kerangka etika media, seperti yang ditetapkan oleh Edmund Lambeth, terdiri dari prinsip-prinsip kemanusiaan, kebenaran, kebebasan, keadilan, dan stewardship. Prinsip-prinsip ini menegaskan bahwa etika periklanan bukan hanya tentang kepentingan pengiklan, tetapi juga tentang kemanusiaan, keadilan, dan tanggung jawab sosial.
Baca juga : Komunikasi Global: Tantangan dan Dinamika Abad Modern
Di Indonesia, Etika Pariwara menjadi panduan utama bagi praktisi periklanan. Dikembangkan oleh Dewan Periklanan Indonesia, Etika Pariwara mengatur tata krama dan tata cara periklanan, menggarisbawahi pentingnya etika dalam menyusun dan menyebarkan pesan periklanan.
Dengan demikian, pemahaman dan pematuhan terhadap prinsip etika periklanan menjadi krusial bagi para praktisi. Etika periklanan melibatkan tanggung jawab terhadap diri sendiri, kepada orang lain, dan kepada audiens. Dalam menghadapi isu-isu etika, para praktisi periklanan harus mempertimbangkan implikasi moral dari tindakan dan keputusan mereka serta mematuhi standar etika yang telah ditetapkan. Mengenal dan memahami etika periklanan adalah langkah penting dalam memastikan bahwa periklanan tidak hanya memenuhi tujuannya secara komersial tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan moral.
Pingback: Bisnis dengan Pemasaran Digital - DUNIA PENDIDIK
Pingback: Memahami Regulasi, Kode Etik Penyiaran dan Jurnalisme - DUNIA PENDIDIK