Kampus

Memahami Regulasi, Kode Etik Penyiaran dan Jurnalisme

Advertisements

Apakah Anda pernah merasa frustrasi melihat adegan film yang tiba-tiba dipotong, membuat alur cerita menjadi tidak jelas? Atau mungkin Anda sering kali kesal dengan efek blur yang terlalu banyak di televisi? Banyak dari kita cenderung menyalahkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) atas hal tersebut. Namun, apakah benar semuanya adalah tanggung jawab KPI? Mari kita telusuri lebih dalam tentang regulasi, kode etik penyiaran, dan jurnalistik.

Regulasi Penyiaran

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, sering disebut dalam konteks regulasi penyiaran di Indonesia. Undang-undang ini mengatur tentang penyelenggaraan penyiaran di Indonesia, baik itu siaran televisi maupun radio.

Dalam UU Penyiaran, terdapat 12 bab yang mengatur berbagai aspek, mulai dari asas, tujuan, fungsi, hingga sanksi administratif. Hal ini mencakup peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), lembaga penyiaran, stasiun penyiaran, serta ketentuan pidana.

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS)

P3SPS memiliki tujuan dan arahan untuk lembaga penyiaran, termasuk menjunjung tinggi rasa persatuan, kesadaran hukum, serta menghormati norma agama dan budaya. Pedoman ini menjadi dasar untuk standar program siaran yang mencakup beragam aspek seperti nilai sosial, etika profesi, dan perlindungan privasi.

Etika Periklanan

Etika periklanan diatur dalam berbagai regulasi, termasuk P3SPS, UU Penyiaran, dan Etika Pariwara Indonesia. Persyaratan isi iklan, prosedur siaran, dan aturan lainnya dijelaskan secara rinci dalam regulasi ini.

Kode Etik Jurnalistik

Kode etik jurnalistik, yang ditetapkan oleh Dewan Pers, memberikan pedoman bagi wartawan dalam menjalankan tugasnya. Wartawan diharapkan untuk bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat dan berimbang, serta tidak memiliki niat buruk.

Sistem Stasiun Jaringan

Sistem stasiun jaringan diatur dalam P3SPS untuk memastikan adanya keberagaman isi program siaran. Tujuannya adalah untuk menciptakan keseimbangan antara program lokal dan program nasional.

Baca juga : Mengenal Etika Periklanan: Pandangan & Tantangan

Sensor dalam Film dan Iklan

Lembaga Sensor Film (LSF) memiliki wewenang untuk melakukan sensor terhadap film, termasuk tayangan televisi. Stasiun televisi juga memiliki kewenangan untuk melakukan sensor internal terhadap materi siaran.

Penerapan Digitalisasi dalam Penyiaran

Digitalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam dunia penyiaran. Peraturan-peraturan terkait digitalisasi diatur dalam serangkaian peraturan menteri untuk mengakomodasi perubahan teknologi ini.

Dengan memahami regulasi, kode etik, dan aturan yang mengatur dunia penyiaran, kita sebagai masyarakat dapat lebih bijak dalam menilai tayangan yang layak ditonton. Jangan langsung menyalahkan KPI atas segala hal, karena tanggung jawab sensor dan kebijakan siaran ditangani oleh lembaga dan stasiun televisi terkait. Semoga pemahaman ini membantu meningkatkan kualitas tayangan yang kita saksikan. Semangat dalam belajar!

One thought on “Memahami Regulasi, Kode Etik Penyiaran dan Jurnalisme

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *