Dosen UI: Optimalkan AI, Jangan Lawan Perkembangannya
Perkembangan Artificial Intelligence (AI) semakin pesat dan dalam banyak hal, AI dapat menggantikan pekerjaan manusia. Teknologi ini tidak bisa dihindari, tetapi dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu. Mahasiswa memiliki pilihan untuk menggunakan AI sebagai alat bantu atau justru menjadi tergantung padanya. “Tugas kita bukan untuk melawan perkembangan AI, melainkan mengoptimalkan penggunaannya,” ujar Dr. Firman Kurniawan S, dosen pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI), dalam diskusi di kantor detikcom beberapa waktu lalu.
Penggunaan AI oleh Mahasiswa
Firman menekankan bahwa penggunaan AI oleh mahasiswa harus didasari tujuan belajar yang jelas. Apakah mereka ingin mengembangkan kemampuan diri atau sekadar mengejar nilai yang baik?
“Jika mahasiswa menggunakan AI, ada risiko bahwa tujuan pembelajaran dan pengembangan kognisi mereka tidak akan tercapai. Jadi, saya tidak melarang penggunaan AI, tetapi dorong untuk mengoptimalkannya sebagai alat bantu,” jelasnya.
Jika mahasiswa terlalu bergantung pada AI, kemampuan kognitif mereka bisa terhambat.
“Optimalkan AI, tetapi jika terlalu nyaman dan tergantung, maka perkembangan kognisi mereka akan terancam. Jadi, pilihannya ada di tangan mereka: apakah ingin sekadar memenuhi kewajiban atau benar-benar meningkatkan kemampuan?” tambah Firman.
Dosen Perlu Menyesuaikan Metode Pengajaran
Di sisi lain, dosen juga perlu menyesuaikan metode pengajaran untuk mengantisipasi penggunaan AI. Misalnya, dalam ujian, pertanyaan bisa dibuat lebih spesifik atau beralih ke format ujian lisan.
“Di Australia, setelah ChatGPT dirilis, beberapa dosen kembali menggunakan kertas dan pensil. Namun, kertas dan pensil juga dapat disalin dari ChatGPT,” ujarnya.
Baca juga : Empat Strategi Mitigasi Kekeringan Menurut Pakar UGM
Menurut Firman, selalu ada celah untuk memanfaatkan kemajuan AI. Berkompetisi dengan kemajuan AI bisa melelahkan. Dosen sebenarnya memiliki banyak parameter untuk menilai mahasiswa selain hanya ujian.
“Interaksi antara dosen dan mahasiswa bukan hanya di ujian. Saat kuliah, jika mahasiswa aktif bertanya, itu sudah menunjukkan bahwa mereka berkomitmen,” ungkapnya.
Dalam ujian skripsi atau tesis, mahasiswa yang sungguh-sungguh dapat terlihat dari cara mereka menjelaskan dan menjawab pertanyaan.
“Kita juga bisa merasakan apakah mereka gugup atau tidak memahami materi. Hal-hal kecil seperti cara mereka membalik halaman buku pun dapat menunjukkan seberapa serius mereka belajar,” tutupnya.

