DosenPenelitian

Biografi Intelektual Christiaan Snouck Hurgronje (1)

Advertisements

Oleh: Yanwar Pribadi, Ph.D. Universitas Internasional Islam Indonesia

Ia adalah seorang Orientalis Belanda paling terkemuka pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Ia memperoleh gelar doktor pada usia 23 tahun dengan disertasi tentang haji yang dipertahankannya pada tanggal 24 November 1880 di Universitas Leiden.

Kurang dari lima tahun kemudian, ia pergi ke Mekah dengan tujuan untuk memahami kehidupan sehari-hari di Mekah dan ribuan Muslim dari seluruh penjuru dunia yang tinggal di Mekah, baik untuk tujuan material ataupun spiritual. Setelah 17 tahun mengabdi sebagai penasihat urusan kolonial di Hindia Belanda, ia kemudian menjadi guru besar dalam bidang Arabic Studies di Universitas Leiden pada tahun 1906. Pada tahun 1922 ia menjadi Rektor Universitas Leiden, dan meninggal pada tahun 1936.

Dalam kariernya yang panjang sebagai seorang Orientalis, ia sering dianggap sebagai orang yang lebih paham tentang Islam daripada Muslim itu sendiri dan juga dianggap lebih paham tentang pemerintahan kolonial daripada Pemerintah Kolonial itu sendiri.

Dalam sudut pandang modern, ambiguitasnya menjadikannya sebagai karakternya yang paling menarik, di antaranya adalah konversinya ke Islam pada saat ia mengkritik Islam secara mendetil, dan juga dukungannya kepada Jenderal Joannes Benedictus (Jo) van Heutsz dalam Perang Aceh pada saat ia berkeras menyerukan pendidikan yang lebih baik dan pemerintahan yang lebih mandiri bagi warga Hindia Belanda.

Pilihannya untuk mempelajari Mekah mungkin dipengaruhi oleh gurunya di Leiden, Michael Jan de Goeje (1836 – 1909) yang menjalankan “pabrik” manuskrip dari naskah-naskah klasik untuk diterbitkan, biasanya oleh penerbit Brill. Pada awalnya, Snouck tertarik dengan ide meneliti naskah-naskah tersebut. Namun, ia akhirnya memiliki ide “gila” untuk mengunjungi Mekah secara langsung dan belajar tentang Islam dari tempat asalnya.

Publikasinya tentang sejarah dan masyarakat Mekah pada tahun 1888 – 1889 membuatnya menjadi sangat terkenal bahkan sebelum usianya mencapai paruh baya. Dunia modern akhirnya mengakui bahwa Snouck tidak hanya tertarik dengan naskah-naskah klasik, tetapi juga bahkan etnografi.

Ketertarikannya mengkaji Mekah melalui penelitian etnografi mungkin terinspirasi oleh E.W. Lane (1801 – 1876) yang menerbitkan buku yang berjudul ‘An account of the manners and customs of the modern Egyptians’ (1836) setelah Lane tinggal di Kairo selama kurang lebih enam tahun dalam dua periode, masing-masing selama tiga tahun.

Dengan menggunakan nama Mansur, Lane hidup sebagai seorang Muslim di sana dan menikah dengan perempuan Mesir yang bernama Nafisa (yang kemudian ia bawa ke Inggris hingga akhir hayatnya). Namun, Mekah jelas berbeda dengan Kairo. Alasan utamanya adalah bahwa Mekah adalah kota yang terlarang bagi non-Muslim.

Justru karena terlarangnya itulah, dalam sejarah Mekah kita mengetahui ada banyak petualang non-Muslim yang tertarik untuk mengetahui Mekah lebih dalam. Pihak yang berwenang dan warga Mekah tentu saja tidak tinggal diam. Mereka berupaya untuk mengungkap identitas orang-orang ini yang nyawanya terancam jika ketahuan.

Namun, Snouck bukanlah seorang petualang. Ia datang ke Mekah dengan pengawalan. Setelah selama kurang lebih lima setengah bulan berada di Mekah, hidupnya terancam karena Wakil Konsul Prancis di Jedah, De Lostalot membuat rumor bahwa Snouck berada di Mekah sebagai seorang arkeolog dan pedagang barang-barang antik.

Snouck akhirnya harus meninggalkan Mekah pada bulan Agustus 1885, setelah tiba di sana pada bulan Februari 1885, dan sebelumnya tiba di Jedah pada tanggal 28 Agustus 1884. Seperti Lane, Snouck juga menjadi seorang Muslim dan hidup bersama-sama Muslim. Namun, tidak seperti Lane, ia meninggalkan perempuan yang dinikahinya di Mekah, yang hingga kini identitasnya tidak diketahui.

Foto bawah ini adalah Snouck di ruang kerjanya di Witte Singel 84a (kini nomor 21) Leiden sekitar tahun 1910.

Snouck di ruang kerjanya di Witte Singel 84a

Foto bawah adalah empat jemaah haji asal Aceh dan dua orang guide setempat (berdiri di belakang) yang diambil langsung oleh Snouck pada bulan Oktober 1884 di Konsulat Belanda di Jedah.

Bersambung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *