Waspada: Alzheimer Bisa Ada Tanpa Gejala yang Terlihat
Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa beberapa orang mungkin mengalami penyakit Alzheimer di otak mereka tanpa menunjukkan gejala klinis apa pun saat hidup. Temuan ini bisa memberikan wawasan baru tentang ketahanan terhadap kondisi yang melemahkan ini dan membantu kita memahami mengapa beberapa individu mencapai usia lanjut dalam keadaan sehat.
Studi ini, yang memanfaatkan data dari Netherlands Brain Bank, menganalisis jaringan otak dari lebih dari 5.000 donor yang meninggal dengan berbagai kondisi otak. Penelitian ini menemukan bahwa sejumlah orang yang menunjukkan tanda-tanda penyakit Alzheimer di otak mereka tidak menunjukkan gejala selama hidup, mengindikasikan adanya ketahanan yang luar biasa terhadap penyakit ini.
Temuan Penelitian
Para peneliti mempelajari aktivitas gen di otak donor yang dikenal sebagai kelompok “tangguh” ini dan menemukan beberapa perbedaan signifikan. Mereka menemukan bahwa sel astrosit—sel berbentuk bintang yang berfungsi sebagai pengumpul sampah di otak—memproduksi lebih banyak antioksidan metallothionein. Sel-sel ini membantu melindungi otak, meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan peradangan melalui interaksi dengan mikroglia, sel lain yang terlibat dalam respon imun otak.
Para peneliti juga mencatat bahwa jalur mikroglia yang sering terkait dengan penyakit Alzheimer tampaknya kurang aktif pada kelompok ini. Mereka menemukan bahwa proses alami dalam otak mereka mampu menghilangkan protein beracun yang salah lipat, yang sering terlihat pada pasien Alzheimer tetapi tidak pada individu yang tangguh. Selain itu, tampaknya terdapat peningkatan jumlah mitokondria, pembangkit tenaga listrik seluler, di otak mereka, yang mendukung produksi energi yang lebih baik.
Kemungkinan Faktor Ketahanan
Luuk de Vries, rekan penulis studi, menyatakan bahwa meskipun genetik dan gaya hidup mungkin berperan dalam ketahanan terhadap Alzheimer, mekanisme spesifiknya masih belum sepenuhnya dipahami. Studi ini menemukan 12 donor dengan kondisi ini, yang menunjukkan bahwa ketahanan terhadap Alzheimer adalah hal yang langka namun signifikan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa individu yang terlibat dalam kegiatan kognitif kompleks, seperti pekerjaan yang menuntut pemikiran mendalam, mungkin mengembangkan lebih banyak tanda penyakit Alzheimer tanpa menunjukkan gejala, menunjukkan bahwa mereka mungkin sedang membangun ketahanan terhadap penyakit tersebut.
Apa Itu Alzheimer?
Penyakit Alzheimer adalah gangguan otak progresif yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif, termasuk memori. Menurut Alzheimer’s Indonesia, pada tahun 2016, ada sekitar 1,2 juta orang dengan demensia di Indonesia, dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 2 juta pada 2030 dan 4 juta pada 2050.
Gejala Alzheimer, yang biasanya muncul pada orang berusia 65 tahun ke atas, meliputi:
– Kehilangan Memori: Kesulitan dalam mengingat informasi baru, mengulang pertanyaan, kehilangan benda, atau tersesat.
– Defisit Kognitif: Kesulitan dalam penalaran, tugas kompleks, dan pengambilan keputusan.
– Masalah Pengenalan: Kesulitan mengenali wajah, objek, atau menggunakan alat dasar.
– Masalah Kesadaran Spasial: Kesulitan dengan keseimbangan, sering tersandung, atau menumpahkan barang.
– Masalah Berbicara, Membaca, atau Menulis: Kesulitan menemukan kata, berbicara, mengeja, atau menulis.
– Perubahan Kepribadian atau Perilaku: Perubahan suasana hati, kehilangan minat, perilaku kompulsif, atau tidak pantas secara sosial.
Penting untuk memahami bahwa Alzheimer adalah penyakit progresif yang tidak bisa dianggap sebagai bagian normal dari penuaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang mungkin menunjukkan tanda-tanda penyakit di otak, mereka bisa tetap sehat secara klinis, memberikan harapan baru dalam upaya melawan penyakit ini.

