Studi Menunjukkan Kecemasan Keuangan Pelajar di Luar Negeri
Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh Wise, sebuah perusahaan teknologi global, menunjukkan bahwa banyak pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di luar negeri mengalami kecemasan terkait masalah keuangan. Temuan ini mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pelajar, baik yang sudah berada di luar negeri maupun yang sedang merencanakan untuk studi di luar negeri.
Kurangnya Persiapan Keuangan
Survei ini, yang dilakukan bersama konsultan pendidikan Naresy International Education Consultant (NIEC) Indonesia, melibatkan lebih dari 200 pelajar. Hasilnya menunjukkan bahwa 55% responden yang berencana kuliah di luar negeri mengaku masih sangat bergantung pada orang tua atau wali dalam hal pengelolaan keuangan. Banyak dari mereka yang belum memiliki pengalaman dalam mengelola uang secara mandiri, sehingga studi di luar negeri menjadi tantangan tersendiri.
Lebih lanjut, 25% responden mengaku sering mengalami perbedaan signifikan antara anggaran yang telah mereka rencanakan dengan pengeluaran yang sebenarnya. Ketidakakuratan ini terasa lebih nyata di kalangan pelajar yang sudah berada di luar negeri, di mana mereka harus beradaptasi dengan realitas biaya hidup yang mungkin jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Pengelolaan Keuangan yang Rumit
Hasil studi juga menunjukkan adanya jurang antara ekspektasi dan kenyataan dalam pengelolaan keuangan saat belajar di luar negeri. Di antara pelajar yang masih merencanakan untuk studi di luar negeri, hanya 29% yang merasa bahwa mengatur anggaran di luar negeri adalah sebuah tantangan. Namun, angka ini meloncat menjadi 53% di kalangan pelajar yang sudah merasakan pengalaman tersebut. Mereka menyatakan bahwa pengelolaan pengeluaran harian menjadi tantangan utama, di samping menabung dan menangani biaya tak terduga, serta kewajiban untuk membayar sewa dan utilitas.
Biaya Tersembunyi dalam Transaksi Internasional
Salah satu masalah lain yang dihadapi oleh pelajar adalah biaya transaksi internasional. Survei menemukan bahwa 57% responden masih menggunakan layanan tradisional, seperti bank lokal, untuk mengirim dan menerima uang dari luar negeri. Sayangnya, metode ini biasanya dikenakan biaya transaksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan layanan digital yang lebih modern. Proses transfer uang ini sering memakan waktu 3-5 hari untuk sampai, dan pelajar juga harus memperhitungkan biaya tambahan yang muncul dari perbedaan kurs (mark-up) yang sering kali tidak terduga.
Baca juga : Pengertian Ilmu Kognitif: Memahami Pikiran dan Proses Mental
Kecemasan yang dirasakan oleh pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri adalah hasil dari berbagai tantangan keuangan yang kompleks. Dari ketergantungan pada orang tua dalam pengelolaan keuangan hingga kesulitan dalam mengatur anggaran sehari-hari, para pelajar ini harus menghadapi realitas yang kadang tidak sesuai dengan harapan mereka. Oleh karena itu, penting bagi pelajar yang merencanakan studi di luar negeri untuk lebih mempersiapkan diri, terutama dalam hal pengelolaan keuangan. Dengan memahami tantangan ini, mereka dapat mengambil langkah-langkah yang lebih baik untuk mengelola keuangan mereka, sehingga pengalaman belajar di luar negeri dapat berjalan lebih lancar dan sukses.