Sekolah

Sejarah Perang Bubat Majapahit vs Sunda

Advertisements

Penyebab Perang Bubat

Perang Bubat terjadi pada tahun 1357 Masehi antara Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Kerajaan Sunda (Galuh) yang dipimpin oleh Prabu Linggabuana. Perang ini dipicu oleh keputusan kontroversial Mahapatih Gajah Mada untuk menyerang rombongan Sunda yang datang ke Majapahit untuk mengantar putri mereka, Dyah Pitaloka Citraresmi, dalam rangka pernikahannya dengan Hayam Wuruk. Gajah Mada melihat kesempatan ini sebagai momen untuk menaklukkan Sunda sesuai dengan Sumpah Amukti Palapa untuk menyatukan Nusantara di bawah Majapahit.

Lokasi Perang Bubat

Perang ini berlangsung di Pesanggrahan Bubat, yang terletak tidak jauh dari Trowulan, pusat pemerintahan Majapahit saat itu di Jawa Timur. Di sinilah pasukan Majapahit menyerang rombongan tamu Sunda yang terdiri dari delegasi kerajaan beserta Dyah Pitaloka Citraresmi.

Tokoh & Dampak Perang Bubat

  1. Hayam Wuruk: Raja Majapahit pada saat itu, awalnya berniat menjalin hubungan kerabat melalui pernikahan dengan Kerajaan Sunda. Namun, keputusan Gajah Mada untuk menyerang rombongan Sunda di Bubat mengakibatkan hubungan antara Majapahit dan Sunda memburuk.
  2. Gajah Mada: Mahapatih Majapahit yang mengambil keputusan untuk menyerang rombongan Sunda di Bubat, melanggar kesepakatan dan mengubah misi damai menjadi konflik militer.
  3. Prabu Linggabuana: Raja Galuh (Sunda) yang pada awalnya berusaha menjalin hubungan baik dengan Majapahit melalui pernikahan. Namun, konflik di Bubat membuatnya kehilangan banyak orang penting dari delegasinya.
  4. Dyah Pitaloka Citraresmi: Putri dari Kerajaan Sunda yang menjadi pusat perhatian dalam konflik tersebut. Akibat tragedi di Bubat, Dyah Pitaloka Citraresmi memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri dengan menancapkan tusuk konde di jantungnya (belapati).

Dampak Perang Bubat

– Kerusuhan antara Kerajaan Majapahit dan Sunda: Perang Bubat memicu konflik dan ketegangan antara kedua kerajaan, mengakibatkan hubungan mereka memburuk secara signifikan.

– Pembelahan Nusantara: Konflik ini juga mempengaruhi dinamika politik dan budaya di Jawa, memperkuat kedudukan Majapahit sebagai kekuatan dominan di pulau tersebut dan mengurangi pengaruh Kerajaan Sunda.

– Penghormatan dan Rekonsiliasi Modern: Meskipun tragedi Bubat terjadi berabad-abad yang lalu, hubungan antara Jawa dan Sunda tetap menjadi tema sensitif dalam sejarah dan budaya Jawa Barat dan Jawa Timur. Upaya-upaya rekonsiliasi modern, seperti penamaan jalan-jalan di Bandung dengan nama Hayam Wuruk, Citraresmi, dan Prabu, mencerminkan usaha untuk menghargai dan memahami sejarah yang kompleks ini.

– Pengajaran Sejarah: Perang Bubat mengajarkan pentingnya diplomasi yang bijaksana dalam menjaga kedamaian antar-kerajaan, serta bahaya dari keputusan yang diambil dengan gegabah tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjangnya.

Baca juga : Perang Banjarmasin: Latar Belakang & Kronologi Sejarah

Perang Bubat menunjukkan bagaimana keputusan politik yang dipicu oleh ambisi dan kompleksitas hubungan antar-kerajaan bisa berujung pada tragedi besar yang berdampak dalam jangka panjang bagi sejarah dan budaya Nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *