Sejarah Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri merupakan salah satu peradaban besar yang mewarnai sejarah Nusantara pada masa lampau. Berdiri sebagai hasil pembagian kerajaan oleh Raja Airlangga pada tahun 963 Saka atau 1041 Masehi, Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan yang menyaksikan kemajuan budaya, sastra, dan peradaban di wilayah Jawa.
Pembagian Kerajaan oleh Raja Airlangga
Setelah Raja Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua bagian, Kerajaan Panjalu dan Kerajaan Jenggala, pada tahun 1041 Masehi, Kerajaan Kediri muncul sebagai entitas berdaulat yang berpusat di wilayah Kediri dan Madiun. Kerajaan Panjalu diberikan kepada Samarawijaya, sementara Jenggala diserahkan kepada Mapanji Garasakan. Wilayah kedua kerajaan ini dibatasi oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas.
Kejayaan di Bawah Pemerintahan Raja Jayabaya
Di bawah pemerintahan Raja Jayabaya, yang berkuasa sekitar tahun 1135 Masehi hingga 1159 Masehi, Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya. Negeri ini menjadi pusat kegiatan seni, budaya, dan pembelajaran sastra yang makmur. Pemerintahan yang stabil, kemakmuran ekonomi, serta perkembangan seni dan budaya, terutama sastra, menjadi ciri khas masa kejayaan Kerajaan Kediri di bawah kepemimpinan Raja Jayabaya.
Pemerintahan Pasca Raja Jayabaya
Setelah masa keemasan di bawah pemerintahan Raja Jayabaya, Kerajaan Kediri mengalami serangkaian pergantian penguasa yang berpengaruh terhadap kondisi kerajaan. Raja-raja seperti Sri Sarweswara, Sri Aryeswara, dan Sri Gandra bergantian memimpin kerajaan ini. Namun, tidak lama setelah itu, Kediri mengalami penurunan kekuasaan di tangan Raja Kertajaya.
Kejatuhan Kerajaan Kediri dan Peninggalan Sastra
Kerajaan Kediri mengalami kejatuhan yang signifikan di tangan Ken Arok dari Singasari pada tahun 1222 Masehi. Kekalahan ini mengakibatkan pusat pemerintahan Kerajaan Kediri dipindahkan ke Singasari. Namun, warisan sastra yang dihasilkan selama masa kejayaan Kerajaan Kediri tetap menginspirasi banyak kalangan. Kitab-kitab kesusastraan seperti Kakawin Kresnayana, Kakawin Sumanasantaka, dan Kakawin Bharatayudha, mencerminkan kemegahan dan kekayaan intelektual masyarakat Kediri pada masa itu.
Peninggalan dan Tantangan dalam Mempelajari Kerajaan Kediri
Meskipun Kerajaan Kediri telah runtuh, peninggalan sastra yang dihasilkan tetap menjadi saksi bisu akan kejayaan dan kearifan intelektual masyarakatnya. Namun, tantangan dalam memahami secara komprehensif peradaban Kediri adalah kurangnya bukti fisik, seperti bangunan monumental dan struktur kota yang tersisa. Sehingga, upaya untuk merekonstruksi dan memahami sejarah dan kebudayaan Kerajaan Kediri masih menjadi tantangan bagi para sejarawan dan arkeolog hingga saat ini.
Baca juga : Intuisi Nyi Ageng Serang dalam Menangkap Diponegoro
Kerajaan Kediri merupakan salah satu keajaiban sejarah Nusantara yang menunjukkan kecemerlangan budaya, sastra, dan peradaban pada masa itu. Meskipun telah lama runtuh, warisan intelektual dan sastra yang dihasilkan oleh Kerajaan Kediri tetap menjadi inspirasi bagi generasi-generasi selanjutnya. Dengan penelitian yang lebih mendalam dan pemahaman yang komprehensif, kita dapat menghargai dan mempelajari warisan peradaban luar biasa ini secara lebih baik.
Sejak Islam masuk ke jawa melalui kesultanan demak dan dengan bantuan para wali songo, maka melalui perjalanan panjang sejarahnya, Suku Jawa telah menjadi salah satu pilar utama dalam pembentukan identitas Indonesia, warisan budaya dan sejarah mereka terus menginspirasi dan memberikan kontribusi yang berarti bagi kemajuan bangsa ini. Alhamdulillah dengan adanya beliau-beliau para waliyullah ini kita bisa memilih agama yang di benarkan oleh allah, yaitu agama islam.