Meningkatkan Pengawasan untuk Mengatasi Bullying di Sekolah
Kasus bullying di sekolah telah menjadi masalah serius yang belum terpecahkan oleh pemerintah. Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Puan Maharani, mendesak pemerintah dan pihak terkait untuk meningkatkan pengawasan di lingkungan pendidikan. Ia menekankan pentingnya evaluasi bersama dalam menangani isu ini.
Puan menjelaskan bahwa meningkatnya kasus perundungan mencerminkan kekurangan dalam sistem pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, langkah-langkah mendalam dan melibatkan berbagai sektor sangat diperlukan. “Kita perlu mencari akar masalah dan solusi yang komprehensif, serta melibatkan sektor pendidikan, perlindungan anak, kesehatan mental, dan hukum,” ungkapnya.
Pentingnya Program Pendidikan Antibullying
Tidak hanya mencari penyebabnya, Puan juga mendorong pemerintah untuk mengembangkan program pendidikan khusus mengenai bullying. Melalui peningkatan pengetahuan tentang dampak perundungan, diharapkan siswa dapat memahami jenis perilaku yang termasuk dalam kategori bullying. “Anak-anak harus tahu bahwa tidak semua bentuk perundungan bisa dianggap sepele,” tambahnya.
Sekolah disarankan untuk melibatkan pihak eksternal dalam pembinaan, seperti lembaga antinarkoba, psikolog, dan influencer pendidikan. Puan juga menekankan pentingnya memperluas program kegiatan di luar akademik, seperti kompetisi olahraga dan seni, untuk membentuk karakter positif siswa.
Ekstrakurikuler sebagai Solusi
Wakil Ketua Komisi X DPR, Dede Yusuf, menambahkan bahwa pendidikan nonakademik dapat dicapai melalui ekstrakurikuler (ekskul). “Ekskul adalah wadah untuk membangun karakter anak,” ujarnya. Dede menegaskan bahwa ekskul seharusnya lebih dari sekadar pilihan, tetapi menjadi bagian penting dalam pendidikan.
Ekskul dapat membantu siswa menyalurkan energi dan fokus mereka pada kegiatan positif, menghindari perilaku negatif seperti nongkrong atau mengonsumsi alkohol. Namun, Dede juga mencatat bahwa banyak sekolah tidak mendapatkan dukungan dana yang memadai dari pemerintah untuk menyelenggarakan ekskul yang efektif.
Perlunya Dukungan Dana
Dede mendorong pemerintah untuk memberikan dukungan finansial bagi program ekskul. Saat ini, dana BOS yang ada belum cukup untuk memenuhi kebutuhan kegiatan ini. Banyak sekolah terpaksa meminta iuran dari siswa, yang sering kali dipandang sebagai pungutan liar. “Iuran seharusnya dianggap sebagai komitmen bersama untuk memperoleh pendidikan,” jelasnya.
Ekstrakurikuler yang Mendukung Pendidikan Karakter
Salah satu ekskul yang dapat mendukung pendidikan karakter adalah bela diri. Negara seperti China dan Korea Selatan menjadikan pendidikan bela diri sebagai pelajaran wajib, memberikan pelatihan fisik dan tanggung jawab kepada anak. Di Indonesia, bela diri sering kali diarahkan untuk prestasi, padahal seharusnya menjadi keterampilan dasar.
Dede menjelaskan, “Belajar bela diri tidak harus untuk menjadi atlet, tetapi lebih untuk menjaga diri.” Dengan keterampilan ini, anak-anak tidak akan sembarangan menggunakan kekerasan dan dapat terhindar dari perundungan.
Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter
Dede mengimbau orang tua untuk aktif mendorong anak-anak mereka mengikuti ekskul di sekolah. Kehadiran orang tua sangat penting dalam pendidikan karakter. “Jika orang tua tidak terlibat, nilai-nilai etika anak akan terganggu,” ujarnya.
Pendidikan karakter juga dapat dilakukan di rumah melalui dialog, berbagi pengalaman, dan mendukung hobi anak. Ini akan membantu mereka lebih fokus dan mengembangkan keterampilan.
Baca juga : Kemendikbudristek Percepat Transformasi Pendidikan
Kasus Bullying Terkini
Bullying merupakan masalah besar dalam dunia pendidikan, dengan beberapa kasus terbaru yang mencuat, seperti perundungan di SMK Negeri 1 Gorontalo dan SMP 3 Sungguminasa, serta kasus tragis di Palembang. Puan Maharani menegaskan bahwa negara tidak boleh membiarkan anak tumbuh di lingkungan yang tidak aman. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan menyenangkan.
Dalam menghadapi masalah bullying, Puan menekankan perlunya pendekatan holistik yang melibatkan semua pihak. “Kita harus berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat,” tutupnya, mengajak semua elemen masyarakat untuk bersama-sama mengatasi masalah ini.

