Eksplorasi tentang Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga, atau yang dikenal juga dengan nama Kerajaan Halong, adalah sebuah kerajaan yang berbasis pada kepercayaan Hindu-Buddha yang terletak di pantai utara Jawa Tengah. Diduga, munculnya kerajaan ini sekitar abad ke-6 Masehi, bersamaan dengan kerajaan Kutai dan Tarumanegara.
Lokasi pasti Kerajaan Kalingga masih menjadi misteri karena sedikitnya temuan arkeologis dan catatan sejarah yang ada. Para ahli meyakini bahwa kerajaan ini berlokasi di daerah antara Pekalongan dan Jepara. Beberapa ahli sejarah mengaitkan Kecamatan Keling di Pantai Utara Kabupaten Jeparang sebagai bekas wilayah Kerajaan Kalingga karena kemiripan namanya. Namun, temuan arkeologis di sekitar Kabupaten Pekalongan dan Batang mengindikasikan bahwa daerah tersebut merupakan pelabuhan kuno yang terkait dengan Kerajaan Kalingga.
Ada dugaan bahwa Pekalongan mungkin dulunya dikenal dengan nama Pe-Kaling-an atau Kalingga. Kalingga diyakini berdiri antara abad keenam dan ketujuh Masehi, menjadikannya salah satu kerajaan Hindu-Buddha paling awal di Jawa Tengah.
Misteri di Balik Catatan Kalingga
Catatan sejarah mengenai Kerajaan Kalingga sangat langka dan kebanyakan berasal dari sumber-sumber Tiongkok serta cerita rakyat lokal. Kerajaan ini disebut Heling atau Dupo oleh orang Tiongkok, yang terkait dengan nama Pekalongan, yang berarti hasil.
Meskipun diperkaya dengan unsur mitologi, cerita tentang penguasa Kerajaan Kalingga pada sekitar tahun 674–732 Masehi, Ratu Shima, memiliki akar sejarah yang kuat. Ratu Shima, yang juga dikenal dengan gelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara, terkenal sebagai penguasa yang adil dan bijaksana. Bahkan catatan sejarah dari masyarakat Tiongkok menyebutkan bahwa selama pemerintahannya, tidak ada yang berani mengambil emas yang terjatuh di jalan.
Catatan Sejarah Kalingga dalam Berbagai Naskah
Naskah Carita Parahyangan, yang berasal dari abad ke-16, mencatat pernikahan Dewi Parwati, putri Ratu Shima, dengan Rahyang Manddiminyak dari Kerajaan Galuh. Cucu Ratu Shima, Dewi Sannaha, menikah dengan Prabhu Bratasenawa, Raja ke-3 Kerajaan Galuh, dan memiliki anak bernama Sanjaya yang kemudian menjadi pewaris Kerajaan Galuh dan Kalingga.
Kisah lokal juga menuturkan tentang Ratu Shima sebagai seorang penguasa yang adil, yang menerapkan hukuman tegas bagi pelaku kejahatan seperti pemotongan tangan bagi pencuri.
Baca juga : 8 Tokoh Ilmuwan Muslim dan Karya-Karyanya
Catatan Tiongkok tentang Kalingga
Menurut catatan Dinasti Tang, Dhawa atau Kalingga terletak di Lautan Selatan, dengan batas-batas berupa Kamboja di utara, Bali di timur, dan Sumatera di barat. Ibukota Kalingga dilindungi oleh tembok dari tonggak kayu, dan raja tinggal di bangunan besar bertingkat dengan atap daun palem dan singgasananya terbuat dari gading gajah. Sejak tahun 674 M, kerajaan ini diperintah oleh Ratu Hsi-ma, yang membuat kerajaan tersebut aman dan stabil.
Kerajaan Kalingga, dengan semua misteri dan sejarahnya, memberikan kontribusi penting dalam pemahaman kita tentang peradaban Hindu-Buddha di Jawa Tengah. Meskipun banyak yang masih diselimuti oleh kabut waktu, upaya kita untuk memahami dan menganalisis sumber-sumber yang ada membantu kita menggali lebih dalam tentang warisan budaya yang kaya ini.
Pingback: Konflik di Antara Pangeran Diponegoro dan Kyai Mojo - DUNIA PENDIDIK