Kampus

Daya Tarik Fisik & Penilaian Akademik: Diskriminasi di Perkuliahan

Advertisements

Tampaknya daya tarik fisik memiliki peran yang signifikan dalam menentukan keberhasilan akademis seseorang, namun hal ini juga dapat membuka pintu untuk praktik diskriminasi di dalam ruang kelas. Penelitian terbaru menyoroti bagaimana mahasiswa yang memiliki penampilan menarik cenderung mendapatkan penilaian yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki penampilan yang sama menariknya.

Mahasiswa Cantik atau Tampan mendapatkan Nilai Lebih Tinggi?

Dalam sebuah wawancara tidak terstruktur dengan tiga lulusan dari jurusan teknik ternama di Indonesia, terungkap bahwa beberapa dosen cenderung memberikan penilaian yang lebih baik kepada mahasiswa yang dianggap memiliki penampilan menarik secara fisik. Hal ini terjadi di berbagai mata kuliah, di mana mahasiswa yang dianggap cantik atau tampan mendapatkan nilai lebih tinggi daripada yang lain, meskipun kualitas kerja mereka mungkin sama.

Hasil wawancara ini juga mendukung temuan penelitian yang menunjukkan bahwa di mata kuliah yang melibatkan lebih banyak interaksi antara dosen dan mahasiswa, seperti diskusi kelas, mahasiswa yang memiliki penampilan menarik cenderung mendapatkan nilai lebih tinggi. Namun, selama masa pembelajaran daring yang diterapkan karena pandemi COVID-19, penilaian terhadap mahasiswa berpenampilan menarik cenderung menurun karena interaksi langsung yang minim. Di sisi lain, untuk mahasiswa laki-laki, hubungan antara penampilan fisik yang menarik dan penilaian akademis tetap positif, bahkan setelah pembelajaran daring diterapkan.

Teori Halo Effect

Salah satu penjelasan atas fenomena ini adalah teori Halo Effect, di mana karakteristik positif seseorang, termasuk penampilan fisik, dapat memengaruhi persepsi orang lain terhadap mereka. Penelitian juga menunjukkan bahwa penilaian terhadap kecerdasan, tanggung jawab, dan kinerja akademis seseorang cenderung lebih positif jika mereka memiliki penampilan menarik.

Untuk mencegah diskriminasi semacam ini, perlu adanya rubrik penilaian yang jelas yang dikenali oleh mahasiswa sejak awal perkuliahan. Rubrik ini dapat membantu mahasiswa memahami kriteria penilaian mereka dan membantu dosen dalam memberikan penilaian yang obyektif. Selain itu, penilaian yang dilakukan bersama oleh dua atau lebih dosen dapat membantu memastikan keadilan dan objektivitas dalam penilaian akademis.

Baca juga : Tak Perlu Malu Berbicara Bahasa Inggris dengan Aksen Lokal

Harus Adanya Transparansi Nilai

Transparansi juga menjadi kunci, di mana mahasiswa harus diberi kesempatan untuk menyanggah nilai mereka jika mereka merasa penilaian tersebut tidak adil. Sistem ini akan membantu menegaskan bahwa penilaian yang diberikan dosen didasarkan pada kinerja akademis, bukan pada penampilan fisik atau preferensi pribadi. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan ruang kuliah dapat menjadi lingkungan yang adil dan inklusif bagi semua mahasiswa, tanpa memandang penampilan fisik mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *