Tawanan Jawa yang Kembali sebagai Maharaja Khmer
Pada zaman yang jauh di masa lalu, negara-negara di Asia Tenggara Daratan—seperti Kamboja, Laos, Thailand, dan Vietnam—berbagi sejarah yang kaya. Sejarah ini dapat ditelusuri hingga masa kejayaan Bangsa Khmer Kuno yang menguasai lembah Sungai Mekong.
Khmer, sebagai entitas politik, pertama kali muncul dalam catatan sejarah pada awal periode Masehi. Dalam tambo Tiongkok Kuno, mereka disebut sebagai Fu-Nan, yang konon berasal dari kata dalam bahasa Khmer Kuno “phnom,” yang berarti “gunung.” Fu-Nan dikenal sebagai kerajaan maritim yang berpusat di muara Sungai Mekong.
Jayawarman II: Peletak Dasar Peradaban Angkor
Pada abad ke-9 Masehi, sejarah mencatat sosok yang penting dalam sejarah Khmer, yaitu Raja Jayawarman II. Dia dianggap sebagai tokoh yang meletakkan dasar bagi Peradaban Angkor yang megah. Namun, historisitas Jayawarman II sering menjadi perdebatan di kalangan sejarawan Kamboja. Sebagian besar sumber yang mengenai eksistensinya berasal dari periode setelah hidupnya.
Salah satu sumber utama yang membicarakan Jayawarman II adalah Prasasti Sdok Kok Thom (1052 M), ditemukan di kuil kuno di perbatasan Kamboja-Thailand. Prasasti ini kemungkinan dikeluarkan oleh Raja Suryawarman I pada abad ke-11, beberapa abad setelah Jayawarman II.
Menurut para ahli sejarah kuno, Jayawarman II lahir di akhir abad ke-8 Masehi, pada masa perpecahan Kerajaan Chenla (Khmer Kuno Pra-Angkor). Pada periode yang sama, Dinasti Śailendra dari Jawa melancarkan kampanye militer besar-besaran di pesisir Indocina.
Perjalanan ke Jawa dan Kembali ke Khmer
Pada periode ini, terjadi kampanye militer yang signifikan oleh tentara Jawa, seperti yang direkam oleh G. Maspero dalam bukunya “Le Royaume de Champa” (1928). Kampanye ini meliputi serangan ke Kerajaan Annam (sekarang Vietnam Utara) dan bahkan ke Kerajaan Champa di Vietnam Selatan.
Jayawarman II sendiri, yang berasal dari Chenla Air, salah satu pecahan Kerajaan Chenla, tercatat sebagai salah satu tawanan yang dibawa kembali ke Jawa oleh Maharaja Sañjaya dari Dinasti Śailendra pada abad ke-8.
Pemulangan ke Khmer dan Pembangunan Kembali
Setelah beberapa waktu tinggal di Jawa, Jayawarman II kembali ke tanah airnya, Khmer. Dia memulai proses unifikasi yang panjang, mendirikan kota-kota penting seperti Indrapura, Hariharalaya, dan Amendarapura. Dia juga membangun sistem saluran air yang luas di Danau Tonle Sap.
Akhirnya, Jayawarman II mendirikan ibu kota di Mahendraparvata. Di sana, dia meminta seorang brahmana dari Janapada untuk melakukan upacara devarāja, sebuah upacara untuk mempertahankan kedaulatan Khmer dari pengaruh Jawa dan untuk mendeklarasikan dirinya sebagai Raja Khmer yang sah.
Signifikansi Politik-Simbolik
Upacara devarāja ini, yang melibatkan pembacaan empat teks suci, dilakukan di Gunung Mahendra (Phnom Kulen). Upacara ini menegaskan kedudukan Jayawarman II sebagai manifestasi Dewa Śiwa di bumi, memberinya legitimasi sebagai raja sejati Khmer.
Jayawarman II mencontohkan apa yang dilakukan oleh Maharaja Sañjaya dari Śailendra di Jawa, yang mendirikan lingga di Gunung Wukir, Magelang, sebagai simbol kekuasaannya.
Warisan dan Pengaruh
Deklarasi kemerdekaan Jayawarman II dari Jawa dan pendirian kembali kekuasaan Khmer merupakan tonggak sejarah penting dalam pembentukan Kerajaan Angkor. Tindakannya membangun kembali tanah airnya dan memulai periode kemakmuran yang berkelanjutan menandai kebangkitan Khmer sebagai kekuatan dominan di kawasan ini.
Artikel ini mencerminkan perjalanan penuh intrik Jayawarman II, dari tawanan Jawa yang kembali ke tanah airnya untuk menjadi raja yang membangun kembali kejayaan Khmer. Ia tidak hanya menegaskan kembali kedaulatan Khmer, tetapi juga mewarisi dan memperluas warisan budaya dan politik yang sangat berpengaruh di Asia Tenggara Daratan.
Jayawarman II, seorang tokoh penting dalam sejarah Khmer. Pada abad ke-8, Jayawarman II, yang berasal dari Kerajaan Chenla, ditawan oleh Dinasti Sailendra dari Jawa. Setelah kembali ke Khmer, ia memulai proses pwnyatuan dan pembangunan kembali, mendirikan kota-kota penting dan sistem saluran air. Jayawarman II kemudian mendeklarasikan dirinya sebagai Raja Khmer yang sah melalui upacara devarāja, mengukuhkan kekuasaannya dan menandai awal dari kejayaan Peradaban Angkor. Jayawarman II juga memulihkan kedaulatan dan kemakmuran Khmer, serta warisan budayanya yang berpengaruh di Asia Tenggara.