Sejarah Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
Sejarah pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat dimulai pada tanggal 7 Agustus 1949 ketika Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo mengumumkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII). Salah satu pemicu utama pemberontakan ini adalah ketidakpuasan Kartosoewirjo terhadap hasil Perjanjian Renville.
Kartosoewirjo, bersama tokoh-tokoh seperti Karman, Thaha Arsyad, dan Sanusi Partawidjaja, memimpin gerakan DI/TII di Jawa Barat. Mereka menentang keputusan perundingan internasional yang mengatur kembali kekuasaan di Indonesia pasca-Perang Dunia II.
Latar Belakang Pemberontakan DI/TII
Latar belakang pemberontakan DI/TII di Jawa Barat sangat terkait dengan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah yang mereka anggap tidak mencerminkan kemerdekaan sejati bagi Indonesia. Setelah Perundingan Renville, Kartosoewirjo bahkan mengklaim Jawa Barat sebagai wilayah independen di luar kekuasaan Republik Indonesia.
Pada tanggal 7 Agustus 1949, Kartosoewirjo secara resmi mengumumkan berdirinya Negara Islam Indonesia di Cisayong, Tasikmalaya. NII dideklarasikan dengan prinsip-prinsip Islam sebagai hukum negaranya, menandai pecahnya dari Republik Indonesia yang baru merdeka pada tahun 1945.
Selama beberapa tahun berikutnya, NII berjuang melawan pemerintah Indonesia dengan gerakan gerilya di hutan-hutan Jawa Barat. Namun, keberadaan mereka tidak hanya menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, tetapi juga menimbulkan ketegangan dengan pemerintah dan ulama.
Akhir Pemberotakan
Akhir dari pemberontakan DI/TII di Jawa Barat terjadi pada 4 Juni 1962 dengan dilakukannya Operasi Pagar Betis oleh militer Indonesia. Operasi ini berhasil menangkap Kartosoewirjo beserta para pemimpin DI/TII lainnya. Kartosoewirjo kemudian diadili oleh Mahkamah Darurat Perang dan dijatuhi hukuman mati pada 16 Agustus 1962.
Pada 5 September 1962, Kartosoewirjo dieksekusi di sebuah pulau di Kepulauan Seribu. Eksekusi ini menandai akhir dari pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, meskipun gerakan DI/TII tidak sepenuhnya lenyap dan masih menyisakan beberapa kelompok kecil yang beroperasi di wilayah-wilayah lain.
Dengan penangkapan Kartosoewirjo dan dihukum matinya, pemerintah Indonesia berhasil mengakhiri salah satu dari beberapa gerakan pemberontakan yang muncul pasca-kemerdekaan, menegaskan kembali kedaulatan dan kesatuan Indonesia sebagai negara yang baru merdeka.
Ini adalah latar belakang dan akhir dari pemberontakan DI/TII di Jawa Barat yang menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia pasca-kemerdekaan.
Pingback: Sejarah Perang Khandaq, Penyebab, dan Strategi Umat Islam - DUNIA PENDIDIK