Sejarah dan Makna Lomba 17 Agustus: Lebih dari Sekadar Hiburan
Setiap menjelang Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI), berbagai lomba meriah digelar di seluruh pelosok tanah air. Namun, apa sebenarnya hubungan antara lomba-lomba ini dengan perayaan kemerdekaan? Ternyata, lomba 17-an tidak hanya untuk bersenang-senang, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Simak penjelasan berikut untuk memahami sejarah dan makna di balik lomba-lomba ini.
Sejarah Lomba 17 Agustus
Berikut adalah sejarah dari beberapa lomba yang sering diadakan saat HUT RI:
- Panjat Pinang
Lomba panjat pinang, yang kini menjadi salah satu lomba ikonik saat HUT RI, sudah ada sejak sebelum kemerdekaan. Menurut Heri Priyatmoko, Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, lomba ini pernah menjadi bagian dari hiburan dalam acara pernikahan bangsawan pada tahun 1920. Pernikahan antara putri Raja Keraton Yogyakarta, Gusti Raden Ayu Mursudarijah, dengan Pangeran Adipati Aryo Prangwedono, turut dimeriahkan dengan lomba panjat pinang. Heri menjelaskan bahwa lomba ini lebih merupakan bentuk gotong royong dan keceriaan masyarakat daripada simbol kekuasaan.
- Lomba Balap Karung
Lomba balap karung juga memiliki akar sejarah yang panjang. Menurut Heri Priyatmoko, lomba ini sudah ada sejak masa Belanda dan dapat dilihat dalam foto-foto koleksi Perpustakaan Reksopustoko Mangkunegaran yang menunjukkan remaja anggota pramuka (padwinder) yang dibina oleh Mangkunegara VII. Pada masa itu, bahan goni yang digunakan untuk balap karung terbilang sulit didapat oleh masyarakat kecil, sehingga mungkin hanya dimainkan oleh kelompok elite.
- Tarik Tambang
Tarik tambang, yang kini merupakan lomba populer saat HUT RI, pernah menjadi bagian dari Olimpiade, dengan catatan pertandingan pada 1900 di Paris dan 1920 di Antwerp. Barang-barang seperti tambang juga termasuk barang mahal pada masa lalu. Heri Priyatmoko mencatat bahwa pada masa itu, masyarakat lebih suka menggunakan benda-benda yang mudah didapat seperti bambu atau tanah liat untuk permainan.
- Lomba Makan Kerupuk
Lomba makan kerupuk, yang merupakan salah satu lomba yang paling dikenal, sudah ada sejak zaman Belanda. Kerupuk, yang menjadi makanan pelengkap di masa krisis ekonomi 1930-an, akhirnya menjadi bagian dari lomba HUT RI pada era 1950-an sebagai bentuk hiburan dan pengingat masa-masa sulit.
- Lomba Egrang
Egrang, yang dulunya merupakan sebutan untuk orang Belanda yang tinggi, juga dijadikan permainan. Egrang terbuat dari bambu, yang mudah didapatkan oleh rakyat kecil, dan menjadi salah satu permainan populer pada perayaan HUT RI.
- Lomba Balap Bakiak
Lomba balap bakiak menggunakan sandal kayu yang dikenal sebagai bakiak. Sandal ini berasal dari China dan telah menyebar ke Asia termasuk Indonesia. Dalam lomba 17-an, bakiak dimodifikasi untuk memperkuat kekompakan tim dan melatih kerjasama.
Baca juga : Sejarah dan Perubahan Sidang Tahunan MPR RI
Makna Lomba 17 Agustus
Lomba-lomba yang diadakan pada 17 Agustus bukan hanya untuk bersenang-senang. Berikut adalah beberapa makna filosofis yang terkandung dalam lomba-lomba ini:
- Memacu Semangat Berjuang
Melalui lomba, peserta diajak untuk berjuang demi kemenangan. Semangat ini mengingatkan kita pada perjuangan pahlawan dalam merebut kemerdekaan Indonesia, menumbuhkan rasa berjuang yang tak pernah pudar.
- Memupuk Kerja Sama dan Gotong Royong
Banyak lomba yang memerlukan kerja sama tim, mencerminkan nilai gotong royong yang merupakan bagian integral dari budaya Indonesia. Lomba-lomba ini memperkuat kekompakan dan kerjasama di antara peserta.
- Meningkatkan Jiwa Nasionalisme
Seluruh kegiatan HUT RI, termasuk lomba-lomba ini, disertai dengan lagu-lagu nasional dan simbol-simbol Indonesia. Ini berfungsi untuk meningkatkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air.
- Menyambut HUT RI dengan Gembira
Selain sebagai hiburan, lomba-lomba 17-an juga menjadi cara yang menyenangkan untuk merayakan HUT RI. Mereka menambahkan keceriaan dan semangat ke dalam perayaan kemerdekaan.
Dengan pemahaman ini, kita dapat melihat bahwa lomba-lomba 17 Agustus lebih dari sekadar acara seru-seruan. Mereka adalah bagian dari tradisi yang menghubungkan semangat kemerdekaan dengan nilai-nilai gotong royong dan kebanggaan nasional.