Penelitian

Pendekatan One Health Terintegrasi untuk Mencapai Kesehatan Optimal

Advertisements

Pendekatan One Health yang terintegrasi merupakan kunci untuk mencapai kesehatan optimal bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Pendekatan ini mengedepankan kolaborasi lintas disiplin ilmu untuk mengatasi berbagai tantangan kesehatan secara holistik.

Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Pusat Riset Veteriner (PRV) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam Forum Group Discussion (FGD) bertema “Strengthening One Health Research and Collaboration for Preventing Zoonotic and Emerging Diseases,” yang diselenggarakan oleh Organisasi Riset Kesehatan (ORK) BRIN di BRIN Rawamangun, Jakarta, pada Selasa (27/08).

Tujuan FGD

Kepala PRV menjelaskan bahwa diskusi ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi eksisting dan merumuskan langkah-langkah selanjutnya. Salah satu fokus utama riset adalah Antimicrobial Resistance (AMR) dan penyakit menular. “Penting untuk mengedukasi masyarakat mengenai konsep One Health guna meningkatkan kesadaran dan implementasinya di Indonesia. Koordinasi dan kerja sama, baik antar instansi maupun dalam model pentahelix, adalah faktor kunci,” jelasnya.

Namun, terdapat berbagai tantangan, seperti keterbatasan sumber daya dan kemampuan masyarakat dalam mengukur dampak AMR jika tidak ditangani dengan serius. Pandemi COVID-19, wabah influenza, dan lainnya menghabiskan biaya besar yang sebenarnya bisa dikurangi melalui pengawasan dan deteksi yang lebih baik.

Tom Weaver dari University of Melbourne, Australia, menjelaskan bahwa AMR terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit mengembangkan kekebalan terhadap antimikroba, seperti antibiotik dan antivirus, yang sebelumnya efektif. “Bakteri dapat berevolusi untuk menghindari efek antibiotik dengan berbagai mekanisme, seperti menetralkan antibiotik,” ujarnya.

Ancaman Global

AMR merupakan ancaman global yang semakin mengkhawatirkan kesehatan manusia dan hewan serta memiliki implikasi besar terhadap keamanan pangan dan kesejahteraan ekonomi petani. “AMR adalah ancaman pandemi yang bergerak lambat namun berpotensi lebih mematikan dan mahal dibandingkan COVID-19,” tambahnya.

Profesor Tjandra Yoga Aditama dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mencatat bahwa terdapat 26 keluarga virus yang diketahui menginfeksi manusia. Dari lima pandemi sejak 1900, semuanya terkait dengan influenza atau virus corona. “WHO memiliki daftar patogen dengan potensi pandemi yang perlu diprioritaskan dalam penelitian dan pengembangan. Pandemi berikutnya pasti akan terjadi, namun kita tidak tahu kapan dan jenis penyakit apa,” jelasnya.

Baca juga : Baznas dan BRIN Luncurkan Program Beasiswa Riset

John Leigh dari Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP) mengidentifikasi berbagai tantangan dalam implementasi One Health di Indonesia. “Ada ketidakseimbangan signifikan dalam sumber daya teknis antar sektor di tingkat lokal. Rata-rata, hanya ada satu Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) untuk setiap enam Puskesmas, dengan staf yang sangat terbatas,” ucapnya.

Kurangnya analisis ekonomi yang kuat juga menjadi tantangan, sehingga prioritas One Health memerlukan keterlibatan lebih besar dari kementerian utama seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Koordinator.

Wakil Koordinator Indonesia One Health University Network (INDOHUN), Joko Pamungkas, menekankan pentingnya memperhatikan satwa liar. “Lebih dari 70% penyakit zoonosis baru muncul dari satwa liar. Aktivitas manusia meningkatkan kemungkinan kontak dengan satwa liar, yang dapat mengancam konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *