Masjid Ramah Lingkungan dan Minyak Jelantah
Oleh: Syaefudin Simon, Kolumnis
Jalan-jalan di Cikarang, Bekasi, mataku tertumbuk pada sebuah bangunan masjid unik. Namanya: Madjid Baitul Makmur.
Lantas apa uniknya? Di hampir setiap sudut setiap masjid, ada berbagai “arena pendidikan lingkungan” kepada masyarakat dan anak-anak. Ada Taman Lingkungan. Ada Pojok Hijau. Ada Sahabat Alam. Ada ATM Beras. Dan masih banyak lagi yg serba green area. Di depan dan samping masjid, misalnya, ada danau buatan dengan ikan-ikan dan burung-burung yang hidup bersama, dan saling bercanda ria.
Di depan masjid, ada botol besar terbuat dari kawat baja. Botol ini, ternyata tempat sampah. Sampah dari botol ini, akan menjadi “simpanan uang bank sampah” yang ada di masjid Baitul Makmur. Tak hanya itu. Masjid ini pun menyediakan botol besar dan drum untuk menampung zakat minyak jelantah dari warga sekitar.
“Dari pada minyak jelantah di buang ke got atau sungai lebih baik kita tampung di masjid. Selanjutnya, minyak jelantah itu dijual ke pabrik oli di Cikarang. Di sana, minyak jelantah akan diproses menjadi bahan baku oli,” kata Rizal Opek, direktur Perumahan Telaga Sakinah Cikarang yang membangun dan mengelola masjid Baitul Makmur itu, beberapa waktu lalu.
Menurut Ketua Yayasan Universitas Pekalongan ini, masjid Baitul Makmur sengaja dibangun untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya memperbaiki lingkungan hidup.
Lingkungan hidup yang bagus harus dibangun. Tidak akan muncul denga
n sendirinya. Manusialah yang harus bertanggungjawab mengelola lingkungan dengan baik. Yaitu lingkungan yang asri dan ramah dengan manusia dan alam sekitarnya.
“Masjid Baitul Makmur ini dibangun tidak hanya untuk tempat salat, tapi juga tempat pendidikan lingkungan kepada warga,” kata Rizal. Perumahan Telaga Sakinah memang punya misi dari awal sebagai pemukiman yang ramah lingkungan. Fasilitas umum perumahan seperti masjid, sekolah, dan taman dibangun dengan arsitektur ramah lingkungan, lanjut alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogya ini.
Di masjid Baitul Makmur, ada sekolah Al-Quran. Anak-anak yang menghapal Qur’an di masjid Baitul Makmur, juga diberi pelajaran tentang lingkungan hidup dan bagaimana membangun lingkungan yang ramah dengan alam. Masjid empat lantai dengan sarana lift ini, memang terasa asri, bersih, dan enak dipandang. Maklum desain eksterior dan interiornya dibuat secara ecofriendly.
“Makanya di masjid ini terlihat banyak sarana yang serba eco and edutainment,” jelas pria asli Pekalongan ini.
Insya Allah masjid ini akan menjadi pelopor dalam pendidikan dan pembangunan lingkungan yang islami, jelas Rizal. “Bukankah Rasulullah dan kitab suci Qur’an sangat peduli dengan lingkungan hidup?” Ujarnya mantap.
keberadaan berbagai sarana eco dan edutainment di masjid ini menunjukkan komitmen dalam mempromosikan gaya hidup yang berkelanjutan dan edukatif bagi masyarakat. Upaya seperti ini merupakan contoh nyata bagaimana sebuah tempat ibadah dapat menjadi pusat pembelajaran dan inspirasi bagi masyarakat sekitar.
Upaya seperti ini merupakan contoh nyata bagaimana sebuah tempat ibadah dapat menjadi pusat pembelajaran dan inspirasi bagi masyarakat sekitar. Dan ini sangat baik untuk ditiru daerah lain.
Artikel ini sangat menginspirasi, bagaimana tempat ibadah bisa berperan dalam keberlanjutan lingkungan dan edukasi masyarakat. Seperti upaya inovatif Masjid Baitul Makmur di Cikarang dalam mempromosikan pendidikan lingkungan melalui berbagai inisiatif ramah lingkungan. Masjid ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat edukasi dengan fasilitas seperti taman lingkungan, pojok hijau, dan program pengumpulan minyak jelantah untuk diolah menjadi bahan baku oli. Inisiatif ini menunjukkan komitmen masjid terhadap kelestarian lingkungan dan pendidikan masyarakat, mencerminkan ajaran Islam tentang pentingnya menjaga alam.