KampusSekolah

Kunci Mendidik Murid Hadapi Risiko AI

Advertisements

Kecerdasan buatan (AI) telah merambah ke berbagai aspek kehidupan, mulai dari dunia kerja hingga pendidikan. Dalam menghadapi kemajuan digital yang pesat ini, penting bagi manusia untuk tidak terjebak dalam ketergantungan pada teknologi. Muhammad Nur Rizal, pakar pendidikan dari Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), menekankan bahwa pendidikan harus mempersiapkan masyarakat Indonesia agar mampu berdiri sendiri dan tidak terjajah oleh teknologi.

 Pembelajaran dari Pendidikan Global

Rizal mengingatkan tentang contoh-contoh sistem pendidikan yang sukses di negara lain. Misalnya, pendidikan di China yang memprioritaskan STEM (science, technology, engineering, and mathematics) sekaligus mengintegrasikan seni dan budaya. Begitu juga dengan pendidikan Jepang yang fokus pada pengembangan karakter, kreativitas, keterampilan hidup, dan inovasi. Kedua model ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya berorientasi pada kecerdasan akademik, tetapi juga pada aspek-aspek lain yang esensial untuk pengembangan individu.

“Kemajuan AI saat ini telah menciptakan risiko bagi banyak profesi, termasuk guru, dosen, dan dokter, yang dapat digantikan oleh teknologi. Di masa depan, mungkin akan muncul jenis pekerjaan baru yang belum bisa kita bayangkan sekarang,” kata Rizal saat workshop komunitas GSM di Situbondo-Bondowoso, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda.

 Kunci untuk Mendidik di Era AI

Rizal menekankan bahwa dalam menghadapi tantangan AI, pendidikan harus fokus pada membangun karakter keindonesiaan. Ini mencakup kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan etis, serta pemahaman mendalam tentang identitas dan nilai budaya bangsa. Sikap keindonesiaan yang kuat diharapkan dapat melahirkan nilai-nilai estetik dan moral yang diperlukan untuk menjaga etika sosial di tengah perubahan zaman yang cepat.

“Budaya kita memiliki kekayaan yang tidak hanya menjadi jati diri, tetapi juga modal sosial yang dapat digunakan untuk beradaptasi dalam menghadapi perubahan global. Anak-anak yang memahami dan mencintai budayanya akan lebih siap untuk menghadapi tantangan yang ada,” ujar Rizal.

 Penanaman Rasa Ingin Tahu dan Sikap Otonom

Salah satu poin utama yang ditekankan Rizal adalah pentingnya menanamkan rasa ingin tahu dan sikap otonom pada siswa. Dengan cara ini, anak-anak tidak akan menjadi ‘budak’ teknologi, tetapi akan mampu mengendalikan dan memanfaatkan AI sebagai alat bantu yang cerdas.

“Anak-anak kita harus dilatih untuk memiliki mentalitas belajar yang terus-menerus, agar mereka resilien dan mampu beradaptasi dengan situasi yang berubah. Tujuan kurikulum dan paradigma baru adalah untuk menciptakan individu yang mandiri,” jelasnya.

Rizal percaya bahwa jika anak-anak dibekali dengan kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan teknologi, mereka tidak akan menjadi korban kemajuan AI, melainkan akan menjadi pengendali teknologi tersebut. “Dengan menjadi manusia otonom, mereka akan bisa memanfaatkan AI sebagai asisten super jenius, bukan sebagai ancaman bagi eksistensi manusia di masa depan,” imbuhnya.

 Mengintegrasikan Pendidikan Karakter dan Teknologi

Dalam rangka mendidik generasi yang siap menghadapi AI, Rizal mengusulkan pengintegrasian pendidikan karakter dalam kurikulum. “Pendidikan karakter harus menjadi bagian dari setiap mata pelajaran. Dengan menanamkan nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, dan empati, kita membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki moral yang tinggi,” paparnya.

Lebih lanjut, Rizal menyarankan agar sekolah juga menerapkan metode pembelajaran yang lebih interaktif dan kolaboratif. “Teknologi seharusnya digunakan untuk memfasilitasi diskusi, kolaborasi, dan kreativitas di antara siswa. Misalnya, proyek berbasis teknologi yang mengharuskan siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah nyata di komunitas mereka.”

 Menghadapi Tantangan Global

Di era digital yang serba cepat ini, pendidikan harus mengintegrasikan nilai-nilai kebudayaan dan karakter yang kuat untuk membentuk generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga bijaksana. Dengan demikian, anak-anak dapat bersaing di tingkat global sambil tetap menghargai identitas dan warisan budaya Indonesia. Upaya untuk membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan, serta sikap kritis dan kreatif, akan sangat menentukan masa depan bangsa.

Baca juga : Meneliti Penampakan: Apa Kata Sains?

Sikap otonom dan rasa ingin tahu yang ditanamkan sejak dini dapat menjadikan generasi muda Indonesia sebagai pelopor di bidang inovasi dan teknologi, memastikan bahwa mereka bukan hanya pengguna, tetapi juga pencipta teknologi yang mampu menjawab tantangan zaman. Dalam konteks ini, pendidikan harus beradaptasi dan berkembang, selaras dengan perubahan yang terjadi di dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *