Penelitian

Jejak Perburuan Paus Sperma yang Membuka Peta Sejarah

Advertisements

Selama abad ke-18 hingga awal abad ke-20, Laut Indonesia, yang dahulu dikenal sebagai Hindia Belanda, menjadi saksi bisu dari perburuan yang dilakukan oleh pemburu paus dari Inggris dan Amerika Serikat. Temuan menarik ini terungkap dari sebuah peta global aktivitas perburuan paus yang dibuat oleh peneliti Charles H. Townsend dari New Bedford Whaling Museum, Amerika Serikat. Peta tersebut menggambarkan data bulanan mengenai kapan dan di mana kapal pemburu dari kedua negara tersebut beroperasi dalam mencari paus selama periode 1761-1920, berdasarkan logbook dan jurnal yang ditinggalkan oleh awak kapal.

Penemuan Lima Spesies Paus

Peta yang diterbitkan pada tahun 1935 itu mengungkapkan bahwa dari lima spesies paus yang ditelusuri oleh Townsend secara global, dua di antaranya ditemukan di perairan Indonesia, yakni paus sperma dan paus bongkok. Namun, hanya data tentang paus sperma yang tersedia dalam jumlah yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa lalu, Indonesia merupakan salah satu lokasi favorit dalam perburuan paus sperma.

Penelitian yang saya lakukan bersama tim saya memperkuat temuan Townsend. Kami mengungkapkan lebih detail mengenai perburuan paus sperma di Indonesia melalui penelitian yang kami publikasikan di Journal of Biogeography.

Keberadaan Paus Sperma di Laut Indonesia Sangat Langka

Studi kami menjadi sangat penting karena saat ini data mengenai keberadaan paus sperma di laut Indonesia sangatlah langka. Biaya survei yang mahal seringkali menjadi hambatan utama dalam pengumpulan data ini. Oleh karena itu, data mengenai perburuan paus menjadi sumber informasi alternatif yang berharga untuk memahami sejarah sebaran paus sperma di masa lalu, sekaligus memberikan landasan untuk pelestarian spesies ini di masa depan.

Empat Lokasi Penting dari Masa Lalu

Peta Townsend hanya menyebutkan tiga lokasi perburuan di perairan Indonesia, yang dikenal sebagai whaling ground. Namun, kami menggunakan data perburuan tersebut untuk merekonstruksi habitat paus sperma di masa lalu melalui pemodelan sebaran spesies (Species Distribution Model atau SDM). Rekonstruksi ini menjadi yang pertama dalam riset tentang habitat paus sperma masa lalu di Indonesia.

Hasilnya, kami berhasil mengidentifikasi empat lokasi penting atau habitat inti paus sperma di masa lalu, yang sedikit berbeda dengan hasil analisis Townsend. Keempat lokasi tersebut adalah Laut Banda bagian barat, Molucca Passage Ground, perairan di Papua sebelah utara, dan Sulu Sea Ground.

Pembagian Lokasi Berdasarkan Musim

Selain itu, penelitian kami juga membagi lokasi perburuan paus sperma berdasarkan musim yang ada di Indonesia, yaitu musim timur atau monsun tenggara, musim barat atau monsun barat daya, dan dua musim pancaroba. Pembagian ini lebih detail dibandingkan peta Townsend yang hanya membagi lokasi perburuan per enam bulan.

Dengan pembagian yang lebih rinci ini, kami menemukan informasi baru bahwa di beberapa lokasi, paus sperma hanya dapat ditemukan pada musim-musim tertentu. Misalnya, paus sperma tidak dapat ditemukan di utara Papua pada musim monsun tenggara, begitu pula di Laut Sulawesi pada musim monsun barat daya.

Baca juga : Virus Laut : Penghuni Kecil yang Berperan Besar di Lautan

Implikasi dan Perlindungan di Masa Depan

Sejak paruh kedua abad ke-19, perburuan paus telah berkurang drastis seiring dengan penemuan bahan pengganti produk paus dan moratorium perburuan paus komersial oleh Komisi Paus Internasional. Namun, praktik perburuan paus tradisional masih ada di beberapa komunitas di dunia, termasuk di Lamalera, Nusa Tenggara Timur.

Meskipun demikian, dampak dari perburuan ini sulit diukur karena kurangnya data pasti mengenai jumlah populasi paus sperma saat ini di lokasi-lokasi utama yang kami temukan. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk memahami kondisi dan sebaran populasi paus sperma di Indonesia.

Berdasarkan informasi dari masa lalu, kita dapat memprioritaskan studi di area-area yang pernah terdeteksi sebagai habitat inti paus sperma. Informasi ini sangat penting untuk strategi pengelolaan dan perlindungan spesies ini, terutama mengingat peningkatan aktivitas perikanan dan lalu lintas kapal di perairan Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *