Inovasi VR dari Stanford Bantu Redakan Ketakutan Saat Imunisasi
Bagi banyak anak, momen disuntik merupakan pengalaman yang sangat menakutkan. Suasana tegang sering kali mewarnai ruang perawatan, dengan tangisan dan kecemasan yang dapat menyebar dari satu anak ke anak lainnya. Tak jarang, ketakutan ini membuat prosedur imunisasi atau perawatan medis lainnya menjadi lebih sulit bagi anak-anak dan tenaga medis. Menyadari hal ini, sejumlah peneliti dari Stanford berusaha untuk menciptakan solusi yang dapat mengurangi kecemasan anak-anak tersebut, salah satunya dengan menggunakan teknologi realitas virtual (VR).
Salah satu terobosan terbaru adalah aplikasi VR bernama Space Burger. Dikembangkan oleh tim dokter dan peneliti di Stanford Chariot Program, aplikasi ini dirancang untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari rasa takut dan kecemasan saat menjalani prosedur medis seperti imunisasi, pengambilan darah, atau anestesi.
Teknologi VR Sebagai Distraksi Efektif
Menurut Dr. Thomas Caruso, seorang ahli anestesi pediatrik di Stanford Medicine Children’s Health, penggunaan VR saat prosedur medis dapat mengubah pengalaman yang umumnya menakutkan menjadi lebih menyenangkan dan kurang menyakitkan bagi anak-anak. Caruso, bersama dengan rekannya Dr. Sam Rodriguez, mengembangkan aplikasi ini setelah menyaksikan langsung bagaimana pasien anak-anak di Rumah Sakit Anak Lucile Packard Stanford merasa cemas dan takut menjelang prosedur medis.
Sebagai langkah awal, Caruso dan Rodriguez bereksperimen dengan proyektor video di garasi mereka, menciptakan sebuah “bioskop mini” untuk membantu mengalihkan perhatian anak-anak. Mereka pun mulai mengembangkan aplikasi VR dan augmented reality untuk memberikan hiburan sekaligus terapi bagi pasien muda. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa anak-anak yang menggunakan teknologi ini merasa lebih tenang, merasakan lebih sedikit rasa sakit, memerlukan dosis anestesi yang lebih rendah, dan pulih lebih cepat setelah prosedur.
Contoh Keberhasilan di Klinik Vaksin
Salah satu contoh sukses implementasi teknologi ini adalah di Menlo Park City School District (MPCSD), yang mengadakan klinik vaksinasi dengan dukungan VR. Di klinik vaksinasi ini, para dokter berhasil memberikan 561 dosis vaksin kepada lebih dari 200 siswa dalam waktu empat jam. Salah satu pasien, Nicole, seorang siswa kelas tiga SD, adalah contoh nyata bagaimana VR dapat mengurangi rasa takut anak-anak saat disuntik. Nicole memiliki riwayat alergi kacang dan trauma setelah pernah tergores EpiPen saat masih balita, yang membuatnya sangat takut disuntik.
Namun, setelah mengenakan headset VR dan memainkan permainan Space Burger, ia berhasil merasa lebih tenang. Di dunia virtual, Nicole dibawa ke luar angkasa di mana ia bisa makan burger keju sambil memiringkan kepalanya. “Saya merasa sangat bangga pada diri saya,” ujar Nicole setelah prosedur vaksinasi selesai. “Saya tidak menangis dan bahkan tidak merasakan suntikannya,” tambahnya.
Keberhasilan teknologi ini membuat orang tua merasa lega, karena mereka tidak lagi perlu menahan anak-anak mereka saat menjalani vaksinasi. Michelle Fong, ibu Nicole, mengungkapkan rasa terima kasihnya, karena teknologi ini mengubah pengalaman yang biasanya menyakitkan menjadi lebih mudah dijalani.
Pengalaman Positif di Klinik Lain
Meskipun awalnya skeptis dengan penggunaan perangkat VR di klinik, apoteker Sara Sharkas merasa terkejut dengan efektivitas teknologi ini. “Biasanya, saya melihat banyak teriakan dan kegelisahan, tetapi kali ini mereka benar-benar teralihkan perhatiannya,” kata Sharkas. Teknologi ini terbukti menenangkan anak-anak, yang membuat proses vaksinasi berjalan lebih cepat dan tanpa masalah.
Tim Chariot juga memperkenalkan alat bernama Buddy Guard, yang dipasangkan dengan permainan VR Whack-A-Chicken. Alat ini bergetar setiap kali anak-anak mengetuk ayam di layar, sementara semakin banyak ayam muncul saat jarum suntik mendekat. Fitur ini tidak hanya menghibur tetapi juga membantu mengurangi rasa sakit saat disuntik.
Akses Lebih Luas dan Manfaat Lebih Banyak
Keberhasilan teknologi VR dalam mengurangi kecemasan anak-anak ini mendorong tim Chariot untuk memperluas jangkauan aplikasi mereka. Mereka telah mendistribusikan Buddy Bases, alat yang menggabungkan VR dengan terapi getar, ke tujuh klinik di seluruh Stanford Children’s Health. Selain itu, mereka bekerja sama dengan Stanford Office of Technology Licensing (OTL) untuk meluncurkan sebuah lembaga nirlaba bersama Invincikids, yang bertujuan untuk memberikan akses gratis ke perangkat lunak Chariot bagi semua rumah sakit anak di seluruh dunia.
Saat ini, Invincikids telah bekerja sama dengan lebih dari 40 rumah sakit anak dan 10 universitas di berbagai negara. Harapannya, dengan semakin meluasnya penggunaan teknologi ini, pengalaman medis yang menyenangkan dan lebih sedikit menimbulkan trauma bagi anak-anak dapat terwujud di lebih banyak klinik dan rumah sakit.
Baca juga : Panduan Cepat Menganalisis Jurnal Ilmiah Menggunakan AI
Teknologi Imersif untuk Masa Depan Perawatan Anak
Di Rumah Sakit Anak Lucile Packard, selain headset VR, tim Chariot juga menyediakan anjing robotik dan alat teknologi lainnya untuk membantu pasien muda yang membutuhkan pengalihan perhatian. Penelitian mereka menunjukkan bahwa teknologi imersif ini tidak hanya efektif untuk mengurangi rasa sakit, tetapi juga dapat digunakan dalam terapi fisik, edukasi, dan perawatan anak-anak yang menjalani prosedur medis lebih intensif, seperti pelepasan gips atau penanganan nyeri kronis.
Dengan perkembangan teknologi ini, masa depan perawatan medis untuk anak-anak tampaknya semakin cerah. Diharapkan lebih banyak anak yang merasa nyaman dan tenang saat menjalani prosedur medis, yang akhirnya dapat mengurangi trauma dan meningkatkan kualitas hidup mereka setelah perawatan.