Pesantren

Iman Kepada Allah

Advertisements

Pernyataan “Aku beriman kepada Allah” adalah suatu konfirmasi yang kerap kali kita ucapkan. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa keyakinan ini adalah fondasi utama bagi seorang Muslim, termasuk di antara enam rukun iman. Hal ini dinyatakan dalam jawaban Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ditanya oleh malaikat Jibril tentang konsep iman,

“Kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman pada takdir, yang baik dan yang buruk.” (HR. Muslim)

Namun, sejauh mana pemahaman kita tentang makna dari pernyataan kepercayaan ini? Beriman kepada Allah bukanlah semata-mata tentang pengakuan bahwa Allah adalah Pencipta dan Pemberi Rezeki. Karena bahkan pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kaum musyrikin telah mengakui hal ini, sebagaimana firman-Nya yang artinya,

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’, tentulah mereka akan menjawab: ‘Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui’.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 9)

Keimanan Kepada Allah

Untuk menghindari sekadar ikut-ikutan dan benar-benar memahami pernyataan keimanan ini, kita perlu mengetahui bahwa keimanan kepada Allah melibatkan empat elemen yang saling terkait.

Pertama, keimanan kepada wujudullah (keberadaan Allah).

Ini berarti menolak segala pendapat yang mengatakan bahwa Allah tidak ada. Keberadaan Allah subhanahu wa ta’ala jelas nyata, dapat dilihat melalui fitrah, akal, syar’i, dan indrawi.

Secara fitrah, setiap manusia memiliki kecenderungan untuk percaya pada adanya Pencipta tanpa harus dipelajari terlebih dahulu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Secara akal, kita menyadari bahwa sesuatu tidak mungkin ada tanpa adanya Pencipta. Selain itu, kita juga tidak menciptakan diri kita sendiri, sehingga harus ada suatu Entitas yang menciptakan kita, yaitu Allah.

Secara syar’i, semua kitab suci membahas tentang keberadaan Allah. Ayat-ayat yang membawa hukum-hukum menunjukkan bahwa Allah Maha Bijaksana dan mengetahui apa yang terbaik bagi makhluk-Nya. Sementara ayat-ayat yang berisi berbagai peristiwa menunjukkan bahwa Allah Maha Kuasa untuk mewujudkan apa yang telah dijanjikan-Nya.

Keberadaan Allah juga dapat kita saksikan secara indrawi melalui terkabulnya doa-doa dan mukjizat para Nabi yang kita dengar atau saksikan. Ini membuktikan bahwa Allah benar-benar ada.

Baca juga : Dzikir yang Menentramkan Hati

Kedua, keimanan kepada sifat rububiyah Allah, yaitu mengakui bahwa hanya Allah yang memerintah atas semesta alam tanpa ada sekutu bagi-Nya.

Ini termasuk keyakinan bahwa hanya Allah yang menciptakan, menguasai, dan memerintah alam semesta.

Keyakinan ini telah diakui oleh kaum musyrikin pada masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya yang artinya,

“Katakanlah: ‘Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah’.” (QS. Al Muminun [23]: 84-89)

Ketiga, keimanan kepada sifat uluhiyah Allah, yaitu keyakinan bahwa hanya Allah yang pantas disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya yang artinya,

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 163)

Dakwah untuk keyakinan ini ditolak oleh kaum musyrikin karena mereka menyembah selain Allah dan memberikan pengorbanan pada berhala-berhala mereka. Namun, Allah menegaskan bahwa tidak ada yang pantas disembah selain Dia.

Keempat, keimanan pada nama-nama dan sifat-sifat Allah

Maksudnya keyakinan bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau Sunnah Rasul-Nya.

Dengan keimanan yang benar pada Allah subhanahu wa ta’ala, maka akan meperbaiki ketauhidanmu kepada Allah ta’ala yaitu dengan tidak menyembah kepada selain-Nya, menyempurnakan kecintaanmu pada Allah serta memperbaiki amal ibadahmu dengan apa yang diperintahkan oleh Allah ta’ala dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *