Dampak Buruk dari Konsumsi Daging Ayam Broiler
Daging merupakan sumber pangan asal hewani yang tak terelakkan dalam kehidupan manusia karena kaya akan nutrisi dan menjadi salah satu sumber protein utama. Protein hewani memiliki pentingnya karena kandungan asam amino yang hampir sama dengan kebutuhan tubuh manusia, serta lebih mudah dicerna dan dimanfaatkan secara efisien. Daging ayam, sebagai salah satu produk ternak yang paling sering dikonsumsi, memiliki pangsa pasar yang besar karena ketersediaannya yang melimpah, pertumbuhannya yang cepat, dan harganya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan daging dari ternak besar lainnya. Permintaan akan daging ayam ras pedaging (broiler) pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2011-2014, konsumsi protein hewani dari daging ayam ras per kapita di Indonesia terus meningkat sebesar 2,27% setiap tahunnya. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan populasi dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Keamanan Pangan Asal Ternak
Namun, keamanan pangan asal ternak menjadi perhatian utama karena produk ternak yang tidak dikelola dengan baik dapat membahayakan kesehatan dan menyebabkan penyakit. Bahaya yang terkait dengan keamanan pangan asal ternak meliputi penyakit ternak, penyakit yang ditularkan melalui pangan (food borne diseases), serta cemaran atau kontaminasi bahan kimia dan bahan toksik, termasuk residu antibiotik. Temuan residu antibiotik dalam makanan asal hewan seringkali terkait dengan penggunaan antibiotik untuk pencegahan dan pengobatan penyakit ternak, serta penggunaannya sebagai aditif pakan. Penggunaan aditif pakan yang tidak tepat dosisnya dapat menyebabkan residu antibiotik pada produk ternak, khususnya daging ayam broiler.
Bahaya dari Peternakan Ayam Broiler
Peternakan ayam broiler rentan terhadap serangan penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, jamur, lingkungan, dan kekurangan nutrisi. Penggunaan antibiotik umumnya untuk mengobati penyakit ternak, mengurangi risiko kematian, dan mengembalikan kondisi ternak menjadi sehat. Namun, penggunaan antibiotik juga digunakan sebagai imbuhan pakan untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Penggunaan obat-obatan, antibiotik, feed additive, atau hormon pertumbuhan yang tidak sesuai aturan dan dosisnya dapat menyebabkan residu pada produk ternak.
Baca juga : Hasil Penelitian Kuntilanak oleh Antropologis Jerman
Konsumsi daging ayam yang mengandung residu antibiotik dapat memiliki dampak negatif bagi kesehatan, seperti reaksi alergi, toksisitas, gangguan flora usus, respon imun, dan resistensi terhadap mikroorganisme. Selain membahayakan kesehatan, residu antibiotik juga dapat berdampak negatif bagi lingkungan dan ekonomi.
Penelitian tentang Residu Antibiotik
Berdasarkan penelitian, residu antibiotik yang sering ditemukan pada daging ayam adalah jenis tetrasiklin, sulfa, oksitetrasiklin, enrofloksasin, siprofloksasin, dan makrolida. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dosisnya oleh peternak yang kurang memahami aturan penggunaan antibiotik menjadi faktor utama terjadinya residu antibiotik dalam daging ayam.
Secara keseluruhan, residu antibiotik dalam produk ternak memiliki dampak negatif terhadap kesehatan dan ekonomi. Oleh karena itu, membatasi konsumsi daging ayam broiler menjadi langkah bijak untuk mencegah risiko kesehatan yang timbul akibat residu antibiotik.