Apa itu Kurikulum Merdeka?
Sebagai bagian dari inisiatif pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka sebelumnya dikenal sebagai kurikulum prototipe, dikembangkan sebagai landasan kurikulum yang lebih fleksibel. Kurikulum ini fokus pada materi esensial sambil mengedepankan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.
Beberapa ciri utama dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran meliputi:
- Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila.
- Fokus pada materi esensial untuk memberikan waktu yang memadai bagi pembelajaran yang mendalam pada kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
- Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik serta menyesuaikan dengan konteks dan muatan lokal.
Kebijakan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Langkah implementasinya didasarkan pada kebijakan-kebijakan berikut:
- Permendikbudristek No. 5 Tahun 2022
Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Standar kompetensi lulusan menjadi acuan untuk Kurikulum 2013, Kurikulum darurat, dan Kurikulum Merdeka.
- Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022
Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Standar isi menjadi acuan untuk Kurikulum 2013, Kurikulum darurat, dan Kurikulum Merdeka.
- Permendikbudristek No. 56 Tahun 2022
Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. Memuat opsi-opsi kurikulum dan struktur Kurikulum Merdeka.
- Keputusan Kepala BSKAP No.008/H/KR/2022 Tahun 2022
Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, pada Kurikulum Merdeka.
- Keputusan Kepala BSKAP No.009/H/KR/2022 Tahun 2022
Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka. Memberikan panduan mengenai profil pelajar Pancasila untuk projek penguatan pelajar Pancasila.
Satuan pendidikan dapat mengadopsi kurikulum ini secara bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing:
– Pada Tahun Ajaran 2021/2022, lebih dari 2500 sekolah, termasuk yang mengikuti Program Sekolah Penggerak (PSP) dan 901 SMK Pusat Keunggulan (SMK PK), telah menerapkan Kurikulum Merdeka pada tingkat tertentu.
– Pada Tahun Ajaran 2022/2023, satuan pendidikan dapat memilih untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka mulai dari tingkat TK-B hingga kelas X, dengan pilihan tiga opsi implementasi.
Prinsip Pembelajaran
Kurikulum Merdeka melibatkan tiga tipe kegiatan pembelajaran:
1. Pembelajaran intrakurikuler
Dilakukan secara terdiferensiasi untuk memberikan waktu yang cukup bagi peserta didik dalam mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan dalam memilih perangkat ajar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didiknya.
2. Pembelajaran kokurikuler
Berupa projek penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan pendekatan interdisipliner yang berfokus pada pengembangan karakter dan kompetensi umum.
3. Pembelajaran ekstrakurikuler
Dilaksanakan sesuai dengan minat murid dan sumber daya satuan pendidik.
Alokasi jam pelajaran dalam struktur kurikulum dituliskan secara total dalam satu tahun dan dilengkapi dengan saran alokasi jam pelajaran jika disampaikan secara reguler/mingguan.
Baca juga : Pembelajaran Berbasis Proyek
Pelaksanaan pembelajaran melibatkan siklus tiga tahap:
1. Asesmen diagnostik
Guru melakukan asesmen awal untuk mengenali potensi, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik. Asesmen ini menjadi dasar perencanaan metode pembelajaran yang sesuai.
2. Perencanaan
Guru menyusun proses pembelajaran berdasarkan hasil asesmen diagnostik, serta melakukan pengelompokan murid berdasarkan tingkat kemampuan.
3. Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru mengadakan asesmen formatif secara berkala untuk mengevaluasi progres pembelajaran peserta didik dan melakukan penyesuaian metode jika diperlukan. Asesmen sumatif dilakukan sebagai evaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran pada akhir proses pembelajaran.